Tapera Dianggap Seperti Memaksa Masyarakat Menabung, Psikolog Ungkap Penyebab Orang Sulit Menerima Konsep Tersebut

Sabtu, 01 Juni 2024 | 20:51 WIB
Tapera Dianggap Seperti Memaksa Masyarakat Menabung, Psikolog Ungkap Penyebab Orang Sulit Menerima Konsep Tersebut
Ilustrasi menabung (Pexels/cottonbro studio)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Akhir-akhir ini media sosial tengah ramai setelah adanya wacana Iuran Tapera (Tabungan Perumahan Rakyat). Ini merupakan peraturan yang dibuat dengan menyimpan dana dari gaji para pekerja dalam jangka waktu tertentu untuk pembelian rumah.

Iuran Tapera ini sendiri merujuk kepada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2024 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat.

Nantinya akan dilakukan pemotongan gaji 3 persen, yang kemudian, seperti konsep menabung, akan digunakan untuk kebutuhan pembelian rumah di masa mendatang.

Meski demikian, konsep Tapera yang seperti menabung ini menuai kontroversi di masyarakat. Bahkan, tak sedikit yang menyebut bahwa Tapera ini layaknya menabung yang dipaksa. 

Baca Juga: Analis Minta Pemerintah Terbuka dan Jujur soal Tapera Potong Gaji Pekerja

Menabung, bagi sebagian orang, memang bukan hal yang mudah. Terlebih bagi mereka yang memang tidak memiliki niat untuk melakukannya. 

Psikolog Klinis & Co-Founder Ohana Space, Veronica Adesla, M.Psi. menjelaskan, dalam sisi psikologis, menabung akan mudah dilakukan bagi orang-orang yang memiliki tujuan tertentu. Hal ini biasanya juga berkaitan dengan prioritasnya. Jika tidak berkaitan dengan prioritasnya, maka menabung menjadi hal yang sulit dilakukan.

“Dorongan untuk menabung salah satunya dipengaruhi oleh motivasi untuk mencapai goal atau tujuan yang memang menjadi prioritas oleh orang tersebut.  Di samping itu, menabung baru dapat dilakukan apabila di saat itu kebutuhan pokok yang menjadi prioritas utama menyangkut sandang pangan dan papan sudah bisa tercukupi,” jelas Veronica saat dihubungi Suara.com, Jumat (31/5/2024).

Untuk itu, ketika konsep menabungnya untuk hal-hal kemewahan seperti rumah, maka hal ini akan membuat beberapa orang mempertimbangkannya. Tidak hanya itu, beberapa orang juga sulit menabung karena perilaku konsumtifnya.

Mereka biasanya memilih menggunakan uangnya untuk hal-hal yang membuatnya menjadi senang. Oleh sebab itu, jika dipaksa menabung untuk kebutuhan seperti rumah, maka akan sulit dilakukan.

Baca Juga: Ernest Prakasa Bongkar Taktik Baru Pemerintah, Pantas Rakyat Megap-megap!

“Meski juga tidak dapat dipungkiri bahwa kebiasaan atau gaya hidup konsumtif dapat mempengaruhi kesulitan seseorang untuk menabung karena keputusan yang impulsif, dikendalikan hawa nafsu, mengejar kesenangan sesaat tanpa mempertimbangkan secara matang untuk jangka panjang,” sambung Veronica.

Cara agar Konsisten Menabung

Meski demikian, bukan berarti orang tersebut tidak bisa menabung sama sekali. Namun, diperlukan konsistensi dan komitmen kuat. Dalam hal ini, Veronica menjelaskan, beberapa cara yang dilakukan untuk bisa konsisten menabung.

  • Merapikan kembali keuangan pribadi;
  • Mencatat dan menyusun perhitungan keuangan bulanan beserta posting-posting pengeluaran rutin, sambil membuat skala prioritas. Dalam hal ini membedakan mana yang penting dan harus, serta mana yang sifatnya optional tidak harus dan tidak penting.;
  • Melakukan budgeting ulang untuk pengeluaran bulanan, seperti budget untuk belanja bulanan, transport, makan, bersosialisasi, dsb, pastikan agar tidak lebih besar pasak daripada tiang. Pastikan tidak lebih besar pengeluaran daripada pemasukan dan terapkan gaya hidup yang sesuai hemat sederhana bisa menabung akan lebih baik daripada mewah royal bergaya tapi harus berhutang.;
  • Pisahkan akun keuangan tabungan dengan akun keuangan untuk pengeluaran rutin bulanan;
  • Gunakan aplikasi keuangan yang bisa didownload gratis dan sangat membantu untuk memonitor dan mengatur keuangan;
  • Susun rencana masa depan terkait goal atau tujuan yang ingin dicapai di masa depan yang akan membutuhkan dana;
  • Buat dengan SMART (specific, measurable, achievable, relevant, time-based);
  • Rencanakan apa yang harus dilakukan untuk bisa mencapai goal tersebut (to do plan). Contohnya, menabung berapa banyak, setiap kapan, dan  untuk jangka waktu  berapa lama dan sebagainya;
  • Jangan lupa untuk menyisihkan dana darurat. Hal ini penting untuk hal-hal tidak terduga yang dapat terjadi sewaktu-waktu dan membutuhkan dana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI