Potongan Gaji 2,5 Persen Untuk Tapera Beratkan Pekerja: Please, Jangan Potong Lagi Uang Kami yang Tak Seberapa!

Jum'at, 31 Mei 2024 | 08:00 WIB
Potongan Gaji 2,5 Persen Untuk Tapera Beratkan Pekerja: Please, Jangan Potong Lagi Uang Kami yang Tak Seberapa!
Ilustrasi KPR Rumah - Simulasi Hitung Iuran Tapera (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Prefer kalau Tapera ditawarin untuk karyawan yang memang udah berkeluarga dan punya rencana bangun rumah sendiri," ujarnya. 

Perempuan yang juga karyawan di perusahaan swasta di Jakarta itu menilai kalau tujuan dari Tapera sebenarnya jelas. Hanya sasarannya terlalu melebar. 

Dikutip dari situs resmi Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) disebutkan bahwa tujuan dari program ini ialah menghimpun dan menyediakan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pembiayaan perumahan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau bagi Peserta.

Alhasil, potongan gaji yang wajib setiap bulan bagi seluruh pekerja jadi dirasa seperti sebuah 'paksaan' dari pemerintah. Reza mengatakan kalau masyarakat memang perlu dibantu oleh pemerintah untuk diberi kemudahan agar bisa membeli rumah. Tapi bukan berarti dipaksa menabung untuk rumah yang belum ada bangunannya.

"Solusinya mungkin seperti beberapa kebijakan yang dilakukan beberapa Pemda, dibikin dulu rumahnya nanti masyarakat yang mau beli rumah itu dikasih bunga ringan. Itu lebih baik daripada kita harus nabung dulu baru beli kemudian. Jadi sama kolektifnya tetap bayar juga secara cicil ke pemerintah," sarannya.

Rumah memang menjadi kebutuhan pokok untuk hidup. Hal tersebut diakui pula oleh Erni (55), warga Depok. Menurutnya juga keputusan membeli rumah memang perlu sedikit ada 'paksaan' agar berani mencicil hunian. Anggapan tersebut berangkat dari pengalamannya sendiri yang ketika muda tidak berani membeli rumah karena masalah cicilan. 

Pada akhirnya, Ernith bersama suami dan kedua anaknya kini tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang sudah meninggal. 

"Kalau gak dipaksa orang gak berpikir untuk punya rumah, memang harus dipaksa sebetulnya. Kalau gak gitu gak punya rumah sampai tua," katanya. 

Akan tetapi, mengetahui aturan dan konsep dalam program Tapera, Ernith pun punya anggapan serupa dengan Chitra dan Reza. Ibu dua anak itu meminta pemerintah untuk mengkaji aturan tersebut secara lebih jelas agar tidak ada masyarakat yang merasa dirugikan.

Baca Juga: Beda Nasib Saat Kritik Tapera, Intip Pendidikan Kiky Saputri dan Soleh Solihun

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI