Potongan Gaji 2,5 Persen Untuk Tapera Beratkan Pekerja: Please, Jangan Potong Lagi Uang Kami yang Tak Seberapa!

Jum'at, 31 Mei 2024 | 08:00 WIB
Potongan Gaji 2,5 Persen Untuk Tapera Beratkan Pekerja: Please, Jangan Potong Lagi Uang Kami yang Tak Seberapa!
Ilustrasi KPR Rumah - Simulasi Hitung Iuran Tapera (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Baru beberapa hari Presiden Joko Widodo menetapkan aturan baru tentang program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), berbagai kritikan dari publik langsung bermunculan. Sebab aturan tersebut mengharuskan pemotongan gaji seluruh pekerja sebesar 3 persen setiap bulan.

Meski besaran 3 persen tersebut nantinya terbagi menjadi 2,5 persen dari gaji pokok pekerja dan 0,5 persen ditanggung perusahaan, ketetapan itu dinilai tetap memberatkan. Chitra (29), warga Bekasi menyatakan kalau potongan 2,5 persen termasuk nominal yang besar. 

"Lumayan gede 2,5 persen karena tiap orang juga kebutuhannya beda-beda. Dengan nilai yang sama dia bisa pakai buat dana darurat," ujar Chitra saat dihubungi oleh Suara.com.

Ilustrasi Rumah - Tapera Memberatkan Pekerja. (Freepik)
Ilustrasi Rumah - Tapera Memberatkan Pekerja. (Freepik)

Hal serupa juga dikatakan oleh Reza (34), seorang karyawan swasta di Jakarta. Terlebih, manfaat dari Tapera tidak bisa dirasakan oleh seluruh peserta yang gajinya dipotong setiap bulan. Sebab, ada syarat tertentu lagi bagi penerima manfaat program Tapera. 

Hal itu tertulis dalam Pasal 38 ayat 1b dan 1c Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2024 yang mengatur bahwa syarat pekerja yang akan mendapatkan manfaat Tapera ialah yang termasuk golongan masyarakat berpenghasilan rendah dan belum memiliki rumah. 

Kemudian pada Pasal 39 ayat 2c dikatakan bahwa pemberian manfaat berdasarkan tingkat kemendesakan kepemilikan rumah yang dinilai oleh Badan Pengelola (BP) Tapera.

"Jadi pekerja swasta kaya saya sudah punya rumah gak dapat manfaatnya secara langsung. Buat apa kami dipotong 2,5 persen setiap bulan untuk biayai subsidi rumah orang lain yang harusnya jadi tanggungan negara? Kenapa rakyat harus ikut patungan?" tutur Reza. 

Dia secara tegas menyatakan program Tapera sebenarnya tidak perlu. Sebab, menurutnya, adanya KPR subsidi sudah cukup membantu masyarakat untuk menjangkau harga rumah. Sementara, memotong gaji pekerja setiap bulan justru dirasa seperti sebuah paksaan. 

"Tidak perlu (ada Tapera), hapus aja please pemerintah jangan potong-potong lagi uang kami yang tidak seberapa. KPR subsidi aja, karena itu sifatnya tidak wajib, kalau yang merasa butuh bisa ambil, kalau yang sudah punya rumah gak perlu. Sementara Tapera ini kan pungutan dan semuanya wajib," imbuhnya.

Baca Juga: Beda Nasib Saat Kritik Tapera, Intip Pendidikan Kiky Saputri dan Soleh Solihun

Kalaupun Pemerintah bersikeras menjalankan program Tapera, saran dari Chitra, kepesertaan sebaiknya dibuat lebih spesifik untuk masyarakat yang memang berencana membeli rumah. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI