Suara.com - Banyak orang keliru memahami cara belajar bahasa isyarat, karena pilih belajar dari media sosial atau teman dengar alih-alih belajar langsung dari teman tuli. Alhasil, banyak bahasa dan istilah yang salah, karena tidak belajar langsung dari mereka yang setiap hari menggunakannya.
Fakta ini diungkap Teman Tuli sekaligus Co-Founder FeminisThemis, Nissi Taruli Felicia yang kerap menemukan banyak teman dengar atau orang yang tidak memiliki masalah pendengaran alias orang normal pada umumnya, malah belajar bahasa isyarat dari konten YouTube.
"Tapi yang terpenting adalah yang mengajarkan harus teman tulinya langsung, kalau misalnya belajar dari YouTube nggak semuanya benar, banyak yang salah jadi harus sama tulinya langsung," ujar Nissi di Kebayoran Baru, Jakarta Selaan, Rabu (29/5/2024).
Nissi menambahkan, alih-alih mencari teman tuli yang jauh dari lingkungan rumah, disarankan belajar bahasa isyarat dengan teman tuli terdekat. Meskipun Nissi tidak menampik ada berbagai lembaga belajar bahasa isyarat.
Baca Juga: Inovatif! Bikin SIM Gratis Bagi Pengemudi Online Tuli Hanya dengan Modal Sampah Plastik
"Karena kita mulai dari lingkungan terdekat dulu, kalau misalnya nunggu satu lembaga bahasa isyarat lama-lama bisa jadi perang merebutkan kelas (bahasa isyarat)nya," paparnya.
Perempuan yang juga menjabat sebagai Executive Director FeminisThemis itu mengingatkan jika teman tuli di Indonesia sudah dihadapkan pada stimga dan diskriminasi, sehingga dengan teman dengar yang diajak bekerjasama untuk mengajarkan bahasa isyarat hanya akan merebut mata pencaharian mereka.
"Jadi kan mereka ini susah mendapatkan peluang pekerjaan, jadi kalau yang mengajarkan bahasa isyarat itu diambil dari teman dengar, maka teman tuli ini semakin tidak berdaya. Jadi orang yang mengajarkan bahasa isyarat harus teman tuli langsung," jelasnya.
Apalagi kata Nissi, teman tuli kerap memiliki bahasa isyarat tersendiri dan punya berbagai variasi. Misalnya bahasa isyarat di Jakarta dan beberapa daerah lainnya bisa berbeda.
Termasuk bahasa isyarat di Indonesia maupun luar negeri, sehingga seperti halnya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, perlu juga Bahasa Isyarat Indonesia sebagai tolok ukur.
Baca Juga: Sah! Momen Haru Penghulu Nikahkan Pengantin Tuna Runggu Pakai Bahasa Isyarat
"Bahasa isyarat ini punya variasi di tiap daerah, jadi bahasa isyarat ini nggak sama semuanya di seluruh Indonesia," pungkas Nissi.
Bahasa isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir. Bahasa isyarat merupakan bahasa yang digunakan oleh komunitas tuli untuk berkomunikasi.
Tidak hanya itu, bahasa isyarat juga merupakan alat bagi penggunanya untuk mengidentifikasi diri dan memperoleh informasi. Perbedaan mendasar antara bahasa isyarat dan bahasa lisan terletak pada modalitas atau sarana produksi dan persepsinya.
Bahasa lisan diproduksi melalui alat ucap (oral) dan dipersepsi melalui alat pendengaran (auditoris), sementara bahasa isyarat diproduksi melalui gerakan tangan (gestur) dan dipersepsi melalui alat penglihatan (visual).
Dengan demikian, bahasa lisan bahasa yang bersifat oral-auditoris, sementara bahasa isyarat bersifat visual-gestural.