Teman Tuli Samakan Bahasa Isyarat dengan Bahasa Inggris, Wajib Dipelajari Semua Orang

Kamis, 30 Mei 2024 | 08:44 WIB
Teman Tuli Samakan Bahasa Isyarat dengan Bahasa Inggris, Wajib Dipelajari Semua Orang
Teman Tuli sekaligus Co-Founder FeminisThemis, Nissi Taruli Felicia. (Suara.com/Dini Afrianti)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Teman Tuli sekaligus Co-Founder FeminisThemis, Nissi Taruli Felicia mengatakan bahasa isyarat penting untuk dipelajari semua orang tanpa memandang profesi apapun yang digelutinya. Ini karena menurut Nissi, bahasa isyarat seumpama bahasa Inggris yang digunakan sebagai alat komunikasi.

Langkah ini penting dilakukan karena menurut Nissi, tidak ada satupun seseorang yang bisa menebak kapan bertemu teman tuli atau bahkan bisa dijadikan antisipasi, karena khawatir bisa saja seseorang tetiba alami kondisi tuli karena sesuatu yang tidak diinginkan.

"Belajar bahasa isyarat ini bukan hanya untuk orang tuli aja, orang-orang dengar, atau kakak-kakak yang dengar ke depannya, kita nggak ada yang tahu kalau pendengaran kita masih ada atau dengar. Jadi gimana caranya kita menyerap informasi kalau nggak lewat bahasa isyarat," ujar Nissi di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2024).

Sehingga menurut Nissi, semua orang perlu mempelajari bahasa isyarat, sehingga tidak hanya petugas yang berfokus pada pelayanan tapi juga termasuk petugas medis yang kerap berhubungan dengan teman tuli.

Baca Juga: Cek Pendidikan Mentereng Bilqis Anak Ayu Ting Ting, Pantas Bisa Cas Cis Cus Pidato Bahasa Inggris

"Semua harus belajar bahasa isyarat karena kalau kita khususkan di profesi tertentu gimana caranya supaya bisa inklusif. Layanan publik semuanya harus belajar bahasa isyarat, termasuk pendidikan juga. Artinya kalau orang bekerja di layanan penting belajar bahas isyarat, karena kita nggak tahu kapan kita ketemu komunitas tuli kan," jelas Nissi.

Nissi menambahkan, dengan semakin banyaknya orang yang belajar tentang bahasa isyarat, maka akan membuat dunia khususnya di Indonesia semakin inklusif dan ramah disabilitas. Inilah sebabnya ia bersyukur kini semakin banyak orang yang minat mempelajari bahasa isyarat. 

"Sebetulnya bahasa isyarat sudah mulai dari lama, dan di lembaga lain juga ada kelas bahasa isyarat yang dibuka untuk masyarakat publik, kesadaran masyarakat terkait bahasa isyarat ini sudah mulai bertambah dibandingkan situasi yang sebelumnya. Tapi masih banyak yang kurang di sana sini," papar Nissi.

Teman Tuli sekaligus Co-Founder FeminisThemis, Nissi Taruli Felicia. (Suara.com/Dini Afrianti)
Teman Tuli sekaligus Co-Founder FeminisThemis, Nissi Taruli Felicia. (Suara.com/Dini Afrianti)

"Minimal mereka sudah mulai menyadari pentingnya bahasa isyarat dan ketemu teman-teman tuli dan muncul semakin banyak lagi komunitas tuli," sambungnya.

Bahasa isyarat adalah bahasa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir. Bahasa isyarat merupakan bahasa yang digunakan oleh komunitas tuli untuk berkomunikasi.

Baca Juga: Gerall Saprilla Dipolisikan Komunitas Tuli karena Diduga Mengolok Bahasa Isyarat

Tidak hanya itu, bahasa isyarat juga merupakan alat bagi penggunanya untuk mengidentifikasi diri dan memperoleh informasi. Perbedaan mendasar antara bahasa isyarat dan bahasa lisan terletak pada modalitas atau sarana produksi dan persepsinya. 

Bahasa lisan diproduksi melalui alat ucap (oral) dan dipersepsi melalui alat pendengaran (auditoris), sementara bahasa isyarat diproduksi melalui gerakan tangan (gestur) dan dipersepsi melalui alat penglihatan (visual). Dengan demikian, bahasa lisan bahasa yang bersifat oral-auditoris, sementara bahasa isyarat bersifat visual-gestural.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI