Suara.com - Raline Shah ikut menghadiri keseluruhan rangkaian Festival Film Cannes 2024 termasuk penutupannya pada Sabtu lalu. Aktris 39 tahun tersebut tampil memukau di karpet merah pada acara yang digelar sejak 14 Mei 2023 lalu ini.
Dalam upacara penutupan Festival Film Cannes 2024, Raline Shah kembali mengenakan busana karya desainer tanah air, Sapto Djojokartiko yang mengangkat ciri khas budaya Indonesia yaitu kebaya.
Kebaya berkancing yang dikenakan Raline Shah tampak memiliki sentuhan tradisional dengan potongan memanjang sampai kaki. Kebaya ini jug tampak memiliki potongan off shoulder dengan material lace berwarna putih.
Terlihat semakin menarik, kebaya ini juga menonjolkan potongan bustier di bagian pinggang. Dalam kesempatan ini, Raline Shah memadukannya dengan kain ulos yang juga dirancang Sapto Djojokartiko dengan warna putih gading menyesuaikan dengan kebanyanya.
Coraknya didominasi susunan bentuk geometris yang menyerupai belah ketupat dalam kombinasi warna putih-abu. Di kedua sisi ujungnya terdapat detail rumbai-rumbai atau 'sirat' yang dalam bahasa Batak dimaknai sebagai pengunci pada jahitan ulos.
Untuk menyempurnakan penampilannya, Raline Shah juga menggunakan perhiasan dari Chopard, dengan deretan batu zamrud besar berwarna hijau. Ia juga mengenakan high heels berwarna silver yang cantik.
"Saya tetap ingin memperkenalkan kecantikan busana khas kita, terutama kebaya, di acara-acara yang kerap menjadi pusat perhatian para pemerhati dunia hiburan dan fashion. Mudah-mudahan kebaya juga bisa mendunia seperti film-film terbaik Indonesia di berbagai festival Internasional,” ujar Raline Shah seperti dikutip dari siaran pers yang Suara.com terima.
Bagi Raline Shah, Festival Film Cannes 2024 selalu memberikan inspirasi bagi para pekerja seni film untuk berkarya lebih baik lagi. Seminggu lebih dirinya menjadi ‘murid’ dan belajar banyak sekali dari para pekerja seni film terbaik dari berbagai negara di sepanjang rangkaian acara festival.
"Saya yakin dunia film Indonesia akan semakin maju dan terus menghasilkan karya yang makin sejajar dengan karya-karya terbaik sineas dunia lainnya.” ujar Raline Shah.
Hal yang paling 'dicatat' oleh Raline Shah sebagai murid adalah betapa dunia film global sudah semakin inklusif dan diverse dan hal ini tidak hanya meliputi sineas dan karya, tapi juga pasar dan seleranya.
"Ini membuka banyak kesempatan bagi karya film dan para pekerja seni seperti saya untuk tidak berhenti menghasilkan karya terbaik, karena dunia sudah semakin terbuka untuk karya film dengan berbagai latar belakang dan asal,” tambahnya.