Mengenal Rafah: 'Benteng Pertahanan Aman' Terakhir Warga Palestina yang Ikut Dibombardir Israel

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 27 Mei 2024 | 18:03 WIB
Mengenal Rafah: 'Benteng Pertahanan Aman' Terakhir Warga Palestina yang Ikut Dibombardir Israel
Asap membubung ke angkasa setelah terjadi serangan Israel di kota Rafah di Jalur Gaza selatan, pada 18 Mei 2024. Korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza meningkat menjadi 35.386 orang [Suara.com/ANTARA/Xinhua/Khaled Omar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasukan Israel baru-baru ini dikabarkan mengebom sebuah kamp tenda yang menampung para pengungsi di zona aman yang ditentukan di Rafah, Palestina.  Bom tersebut menewaskan 40 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak.

Serangan tersebut telah memicu kecaman internasional, yang berujung pada seruan gencatan senjata. Serangan terhadap kamp di Tal as-Sultan terjadi setelah pasukan Israel mengebom tempat penampungan yang menampung pengungsi Palestina di daerah lain termasuk Jabalia, Nuseirat dan Kota Gaza, menewaskan sedikitnya 160 orang lainnya, menurut pejabat Palestina.

Jaksa militer utama Israel menggambarkan serangan Rafah sebagai “sangat serius” dan mengatakan penyelidikan sedang dilakukan. Sebelumnya, militer Israel mengkonfirmasi serangan tersebut dan mengatakan bahwa serangan tersebut menargetkan pejuang Hamas.

Sepeti disebutkan di awal, Rafah sendiri merupakan zona aman yang seharusnya tidak ada serangan. Namun, Israel masih tetap melancarkan serangan. 

Baca Juga: Bella Hadid Kenakan Kain Keffiyeh di Cannes Film Festival, Berapa Harganya?

Untuk mengetahui tentang Rafah, berikut ini sejarah dan rangkuman singkatnya. 

Pengungsi Palestina mengumpulkan makanan yang disumbangkan oleh sebuah badan amal untuk berbuka puasa di Rafah, Jalur Gaza Selatan, Senin (11/3/2024). [AFP]
Pengungsi Palestina mengumpulkan makanan yang disumbangkan oleh sebuah badan amal untuk berbuka puasa di Rafah, Jalur Gaza Selatan, Senin (11/3/2024). [AFP]

Rafah, kota di sepanjang perbatasan Jalur Gaza dan Mesir yang, selama sebagian besar abad ke-20 dan ke-21, telah terbelah dengan separuh bagian timur di wilayah Gaza dan separuh bagian barat di Mesir.

Pada tahun 2023-2024, warga Gaza yang mengungsi akibat serangan Israel memadati kota tersebut karena kota tersebut menjadi tempat perlindungan terakhir bagi warga sipil dan apa yang diklaim oleh pejabat Israel sebagai “benteng terakhir” para pejuang Hamas.

Sebagian besar warga sipil meninggalkan Rafah pada Mei 2024 ketika pasukan Israel memperingatkan akan adanya invasi dan kemudian memasuki kota tersebut. Antara penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza pada tahun 2005 dan invasi Rafah pada tahun 2024, perbatasan yang melintasi selatan kota tersebut merupakan satu-satunya penyeberangan perbatasan di Jalur Gaza yang tidak dikendalikan oleh Israel. Pop. (2017) Jalur Gaza, 208.449; (perkiraan tahun 2023) Mesir, 45.359.

Sejarah sebagai kota perbatasan

Baca Juga: Irlandia, Norwegia dan Spanyol Akui Negara Palestina

Rafah terletak di tepi barat daya dataran pantai di wilayah tersebut, yang membuka jalan bagi gurun Semenanjung Sinai di barat daya kota dan Negev di tenggara kota. Sejarahnya dibentuk oleh statusnya sebagai kota perbatasan antara kekuatan Mesir dan Suriah. Pada tahun 217 SM, kota ini menjadi tempat kemenangan menentukan Ptolemeus IV Philopator dalam konflik keempat antara dinasti Ptolemeus dan Seleukia yang menguasai wilayah selatan Levant (lihat Perang Suriah).

Peta mosaik Bizantium dari abad ke-6 M menunjukkan Rafah berada di dekat “perbatasan Mesir dan Palestina” sebelum berada di bawah kekuasaan Muslim Arab beberapa dekade kemudian. Pada akhir abad ke-10, ketika Levant bagian selatan kembali menjadi medan perang antara pasukan Mesir dan Suriah, kartografer Ibnu awqal menggambarkan Rafah berada di ujung selatan bekas distrik Abbasiyah (jund) Palestina.

Ketika Mesir yang diduduki Inggris memantapkan kemerdekaan Mesir dari kekuasaan Ottoman dan menetapkan perbatasan pada tahun 1906, wilayah tersebut melintasi Rafah, membagi dua kota tersebut. Kota ini sempat bersatu pada akhir abad ke-20 setelah pasukan Israel menduduki Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dalam Perang Enam Hari (1967). Namun wilayah ini terpecah lagi pada tahun 1982 ketika mereka menarik diri dari Semenanjung Sinai sebagai pemenuhan perjanjian damai Mesir-Israel tahun 1979 (lihat Perjanjian Camp David).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI