Miris! Botol Aqua Dominasi Pencemaran Sungai Indonesia, Padahal Butuh 450 Tahun untuk Terurai

Sabtu, 25 Mei 2024 | 05:15 WIB
Miris! Botol Aqua Dominasi Pencemaran Sungai Indonesia, Padahal Butuh 450 Tahun untuk Terurai
Pengunjung memasukkan sampah botol ke dalam tempat sampah yang berada di kawasan Situ Gintung, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (9/9/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Botol Aqua jadi pencemar sungai terbanyak di Indonesia sepanjang tahun 2023, berdasarkan data yang dirilis oleh Komunitas Sungai Watch. Kenyataan ini membuat publik miris, pasalnya sampah botol plastik butuh waktu hingga 450 tahun agar bisa terurai loh.

Data 2024 Komunitas Sungai Watch merilis hasil audit lingkungan dan mendapatkan ada lebih dari 537 ribu sampah plastik di sungai Jawa Timur dan Bali. Dari total sampah plastik itu, botol plastik Aqua keluaran Danone menyumbah sampah plastik terbanyak yakni mencapai lebih dari 39 ribu keping sampah.

Sungat Watch (Foto Ist)
Data dan Ilustrasi Sampah oleh Sungai Watch (Foto:Sungai Watch)

Sampah botol plastik berikutnya disusul botol minimal Golda Coffee milik brand Wings, dengan total lebih dari 33 ribu keping sampah.

Data Sungai Watch juga menunjukkan bahwa bahwa produsen air mineral milik Danone Indonesia ini sudah tiga kali berturut-turut menjadi penyumbang sampah plastik nomor satu di Indonesia atau sejak 2021, 2022 dan 2023.

Baca Juga: CCTV Rekam Aksi 'Orang Pusing' Curi Tumpukan Kursi Plastik di Lapak Pedagang Tanjung Priok

"Produk nomor satu yang kami temukan di sungai-sungai Indonesia adalah botol Aqua sekali pakai dan botol PET mereka," sebut temuan mereka dikutip Rabu, 22 Mei 2024.

Mirisnya melihat ini banyak masyarakat yang menganggap remeh hal tersebut, padahal sampah plastik seperti botol kemasan ini akan sangat sulit terurai oleh alam. Ini karena botol plastik terbuat dari bahan kimia yang tidak bisa dikonsumsi oleh bakteri.

Data dan Ilustrasi Sampah oleh Sungai Watch (Foto:Sungai Watch)
Data dan Ilustrasi Sampah oleh Sungai Watch (Foto:Sungai Watch)

Melansir Save Money Cut Carbon, Jumat (24/5/2024) diakui semua jenis plastik bisa terurai secara alami, tapi prosesnya butuh waktu bertahun-tahun. Apalagi khusus plastik berbahan PET polyethylene terephthalate cenderung tidak mudah terurai.

Ini karena agar bisa terurai, harus ada bakteri yang mengonsumsinya lalu mengubahnya menjadi materi sederhana yang bisa diproses alam. Sayangnya PET terbuat dari bahan kimia yang tidak bisa dikonsumsi bakteri.

Butuh waktu setidaknya 450 tahun untuk bisa mengurai satu botol plastik yang dibuang ke tempat sampah. Sehingga alih-alih mengandalkan bakteri, plastik oleh alam akan dipecah melalui proses fotodegradasi, yaitu dimana radiasi UV dari sinar matahari akan memecah plastik menjadi potongan kecil seiring berjalannya waktu.

Baca Juga: Cinta Laura Kampanye Tidak Buang Sampah ke Sungai dan Laut

Namun timbunan sampah terus menerus ini akhirnya membuat proses ini sulit dicapai. Apalagi tempat pembuangan sampah bersifat padat dan berulang kali tertimbun tanah setiap hari, sehingga sinar matahari hampir tidak punya waktu untuk memecah sampah tapi sampah baru terus ditambahkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI