Suara.com - Umat Buddha melangsungkan Kirab Waisak dari Candi Mendut ke Candi Borobudur pada Kamis, 23 Mei 2024, sebelum akhirnya ditutup dengan kegiatan pelepasan ribuan lampion. Lalu, apa makna Kirab Waisak ini?
Hari Raya Waisak 2568/2024 digelar untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam ajaran Buddha, yakni kelahiran Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta saat mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha, serta wafatnya Buddha Gautama.
Rangkaian kegiatan Tri Suci Waisak di Indonesia sudah dimulai sejak beberapa hari sebelumnya, dari mulai pengambilan api dharma atau api abadi di Mrapen, ritual Pensakralan, hingga pengambilan air berkah di Umbul Jumprit.
Nah, menariknya sebelum memperingati Detik Detik Waisak pada pukul 20.30 WIB nanti malam, para biksu hingga umat Buddha akan melakukan Kirab Waisak dari Candi Mendut ke Candi Borobudur. Kirab ini bisa disaksikan oleh masyarakat umum karena digelar cukup semarak.
Baca Juga: Prosesi Pengambilan Air Suci Waisak di Mata Air Umbul Jumprit
Kirab Waisak adalah kegiatan berjalan yang dilakukan secara bersama-sama. Kegiatan berjalan bersama ini juga dikenal sebagai meditasi berjalan. Tujuan dari meditasi berjalan ini adalah untuk mendapatkan perasaan rendah hati sehingga pikiran lebih tenang. Jadi Kirab Waisak akan dilakukan secara hening alias tanpa berbicara.
Melansir situs resmi Wonderful Indonesia, Kirab Waisak ini juga akan diakhiri dengan ritual sembahyang pradaksina dengan cara mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali, bergerak searah jarum jam dari timur ke barat.
Di Candi Borobudur ini juga nantinya akan dinyalakan lilin dan dilantunkan nyanyian Puja Ghata Visakha. Selanjutnya menjelang Detik-Detik Waisak, seluruh umat Buddha akan melakukan meditasi spiritualitas mendalam yang dilanjutkan dengan pemberkahan yang diberikan biksu. Setelah itu barulah ditutup dengan pelepasan ribuan lampion ke angkasa dari Candi Borobudur.
Di sisi lain, melansir Thay Thich Truc Thai Minh, meditasi berjalan seperti saat Kirab Waisak ini merupakan kegiatan untuk meninggalkan sejenak kehidupan yang serba cepat. Kegiatan meditasi berjalan ini juga seumpama seperti mengistirahatkan tubuh.
Meditasi berjalan ini juga bermanfaat untuk benar-benar mampu menguasai dan mengendalikan pikiran, yang akhirnya membuat kita mampu menguasai tubuh hingga akhirnya mampu menguasai hidup diri sendiri.
Baca Juga: Apa Itu Api Dharma, Komponen Penting Saat Perayaan Tri Suci Waisak Bagi Umat Buddha
"Sang Buddha mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam segala tindakan, bahkan langkah kaki kita. Latihan ini dikenal sebagai meditasi kesadaran, membawa pikiran kembali ke tubuh, apa pun yang dilakukan tubuh, pikiran menyadarinya sepenuhnya," ujar Pemberi Khotbah Kuil Gwanmun, Korea Selatan, Thay Thich Truc Thai Minh.