Suara.com - Kecelakaan pesawat Singapore Airlines di Bangkok dengan rute London-Singapura langsung sita perhatian global lantaran sampai menelan korban jiwa. Kecelakaan itu disebut terjadi karena pesawat mengalami turbulensi sehingga harus mendarat darurat di Thailand karena kondisinya yang berbahaya.
Turbulensi dapat terjadi karena banyak hal, yang paling jelas ialah faktor pola cuaca tidak stabil dan memicu badai, menurut pengarahan industri oleh pembuat pesawat Airbus. Maskapai Singapore Airlines sendiri belum menyatakan penyebab pesawatnya alami turbulensi. Layanan pelacakan FlightRadar24 mengatakan bahwa memang ada badai yang cukup parah di daerah tersebut pada saat penerbangan.
Federal Aviation Administration menjelaskan, saat pesawat alami turbulensi akan terjadi pusaran yang tiba-tiba dan parah sehingga menyebabkan hentakan keras pada pesawat meskipun tidak ada awan. Turbulensi dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan dan sulit diprediksi.
Mark Prosser dari University of Reading mengatakan, kejadian yang dialami Singapore Airlines kemungkinan besar melibatkan turbulensi konvektif atau terkait badai. Dikutip dari Reuters, dia menekankan bahwa dugaannya juga masih terlalu dini untuk memastikan penyebab kecelakaan.
Baca Juga: Penjelasan Boeing Setelah Pesawat Singapore Airlines Alami Turbulensi Hingga Satu Orang Tewas
Investigasi telah diluncurkan dan para ahli menekankan bahwa kecelakaan pesawat biasanya melibatkan kombinasi beberapa faktor.
Pesawat alami turbulensi sebenarnya termasuk hal wajar dan sering terjadi, berdasarkan studi dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat tahun 2021.
Dari tahun 2009 hingga 2018, ditemukan bahwa turbulensi menyumbang lebih dari sepertiga kejadian kecelakaan pesawat yang dilaporkan, sebagian besar mengakibatkan satu atau lebih penumpang cedera serius, namun tidak ada kerusakan pada pesawat.
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS juga mencatat kalau turbulensi fatal dalam perjalanan udara masih sangat jarang terjadi.
"Sejauh yang saya tahu, sudah lebih dari 25 tahun sejak seorang penumpang tewas akibat turbulensi pesawat komersial," kata Paul Hayes, direktur keselamatan di kelompok data penerbangan Cirium Ascend yang berbasis di Inggris.
Baca Juga: Apa Itu Turbulensi Ekstrem? Singapore Airlines Turun Mendadak 1,8 Ribu Meter dalam 3 Menit!
Serikat pilot dan pramugari maskapai penerbangan AS memberi saran untuk para penumpang pesawat, bila mengalami turbulensi dalam penerbangan sebaiknya tetap mengikuti instruksi kru dan mengenakan sabuk pengaman selama duduk. Jangan sampai mengabaikan hal tersebut karena justru bisa merepotkan tugas dari kru kabin.
Sebab, orang-orang yang paling rentan alami cedera saat pesawat turbulensi sebenarnya kru yang harus berkeliling kabin untuk menghampiri penumpang yang rambu sabuk pengaman menyala akibat tidak terpasang dengan benar.