Ini 3 Peristiwa Penting Ajaran Buddha, Jadi Asal Usul Perayaan Tri Suci Waisak

Kamis, 23 Mei 2024 | 11:22 WIB
Ini 3 Peristiwa Penting Ajaran Buddha, Jadi Asal Usul Perayaan Tri Suci Waisak
Ucapan waisak 2024 (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ada 3 peristiwa penting dalam ajaran Buddha, yang jadi asal usul peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak setiap tahunnya. Seperti beberapa tahun sebelumnya, perayaan Waisak terbesar di Indonesia digelar di Candi Borobudur, dengan detail rangkaian acara pada 23 Mei 2024 dimulai dengan Kirab Waisak Candi Mendut ke Candi Borobudur, Detik-Detik Waisak 20.52.42 WIB, Pradaksina Candi Borobudur dan ditutup dengan acara pelepasan Lampion Waisak.

Tri Suci Waisak adalah perayaan untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam ajaran Buddha, yakni kelahiran Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta saat mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha, serta wafatnya Buddha Gautama.

Berikut ini penjelasan rinci 3 peristiwa penting ajaran Buddha, dirangkum suara.com, Kamis (23/5/2024).

1. Kelahiran Pengeran Siddharta

Baca Juga: 32 Ucapan dan Poster Perayaan Hari Raya Waisak 2024, Siap Diunggah ke Media Sosial

Ucapan dan poster hari raya waisak 2024 (freepik)
Ucapan dan poster hari raya waisak 2024 (freepik)

Siddhartha Gautama atau Siddharta dilahirkan pada tahun 623 SM di Taman Lumbini. Ada peristiwa luar biasa saat Pangeran Siddharta lahir, yaitu jatuhnya dua arus kecil dari langit, arus dingin dan hangat yang akhirnya membasuh tubuhnya.

Siddhartha lahir dalam keadaan bersih tanpa noda, berdiri tegak dan langsung dapat melangkah ke arah utara, dan tempat yang dipijakinya ditumbuhi bunga teratai.

Melihat peristiwa kelahirannya, tidak para petapa meramalkan pangeran tersebut nantinya akan menjadi Maharaja Dunia atau Chakrawartin alias Buddha.

2. Mencapai penerangan dan menjadi Buddha

Tepat pada malam purnama pada bulan Waisak saat ia berumur 35 tahun. Siddharta Gautama mendapatkan Pencerahan Sempurna. Setelah mendapatkan jawaban atas pengembaraannya, Siddharta Gautama kini dijuluki Buddha Gautama.

Baca Juga: 40 Ucapan Waisak 2024 untuk Keluarga dan Teman Terdekat

Julukan lain dari Sang Buddha adalah Tathagata (Ia Yang Telah Datang, ia Yang Telah Pergi), Sugata (Yang Maha Tahu), dan  Bhagava (Yang Agung). Buddha Gautama menyampaikan khotbah pertama di Taman Rusa Sarnath, India, kepada lima orang  pertapa yang pernah mengembara bersamanya.

Melansir Pruf Ritz, khotbah pertama ini disebut dengan empat kebenaran mulia atau Cattari Ariya Saccani, yang terdiri dari kebenaran adanya Dukkha, sebab Dukkha, lenyapnya Dukkha, jalan berunsur delapan menuju akhir Dukkha.

Dukkha adalah nama lain dari bentuk penderitaan di dunia seperti sakit ringan, perpisahan, dan kekecewaan. Ajaran ini kemudian membuat murid-murid Buddha diperintahkan menyebarkannya ke seluruh India bahkan hingga dunia.

3. Wafatnya Sang Buddha

Mengutip Ruangguru, Buddha Gautama parinibbana meninggal di Kusinara pada 543 sebelum masehi (SM), atau tepatnya wafat pada usia 80 tahun karena sakit. Sebelum beliau meninggal, dikatakan bahwa beliau memberitahu murid-muridnya bahwa mereka tidak boleh hanya mengikuti pemimpin saja, tetapi juga harus “menjadi terangmu sendiri”.

Sang Buddha pun wafat dengan posisi seperti tidur miring ke kanan dengan telapak tangan kanan menyangga kepalanya, yang kini banyak diabadikan menjadi patung Buddha Tidur atau Sleeping Buddha di berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI