Suara.com - Psikolog Klinis Nirmala Ika mengingatkan mahasiswa agar tidak sembarang mengambil student loan atau pinjaman siswa karena bisa menambah beban pikiran, memicu stres, hingga mengganggu proses belajar.
Skema student loan saat ini tengah jadi buah bibir di masyarakat dan dinilai bisa jadi solusi menyikapi kenaikan biaya uang kuliah tunggal (UKT) di beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Tak main-main, biaya UKT naik 30 hingga 50 persen, bahkan PTN seperti Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) disebut mengalami kenaikan UKT hingga 500 persen dari tahun sebelumnya.
Kenaikan ini dinilai sangat fantastis, padahal menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, inflasi atau kenaikan biaya pendidikan di Indonesia mencapai 10 hingga 20 persen per tahun.
Nirmala Ika mengatakan pinjaman yang dilakukan orang tua maupun oleh siswa itu sendiri, untuk membiayai pendidikannya, bisa menambah tekanan saat proses belajar. Ia menilai tanpa pinjaman utang saja mahasiswa bisa sangat terbebani.
Baca Juga: Lulusan Kampus Luar Negeri, Nadiem Makarim Disebut Menteri Pendidikan Nggak Napak Tanah
"Asumsinya, kuliah nggak ada pinjaman saja sudah stres dengan berbagai interaksi sosialnya di masa saat ini. Apalagi dengan adanya pinjaman. Pinjaman ini juga akan terus berjalan, bahkan jika belum melunasi, bunganya akan membesar," ujar Nirmala saat dihubungi suara.com beberapa waktu lalu.
Mirisnya kata Nirmala, tekanan utang yang dialami akan terus bertambah dan berlanjut, karena saat lulus kuliah, mahasiswa tersebut tidak kunjung mendapatkan pekerjaan.
Hal ini sesuai dengan hasil Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan kerja Bank Indonesia (BI) pada Desember 2023 yang menunjukan bahwa ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dalam waktu 6 bulan ke depan akan mengalami penurunan.
Meski begitu, perempuan yang juga Co-founder of Enlightmind itu mengakui jika stundent loan bisa jadi solusi, apabila pemberi pinjaman merupakan lembaga resmi pemerintah alias diatur langsung negara.
"Tergantung student loan resmi atau tidak. Kalau pakai pinjol (pinjaman online) berisiko buat dia. Contohnya di beberapa negara maju, ada student loan resmi dari negara," papar Nirmala.
Baca Juga: Isi Garasi 'Ngenes' Nadiem Makarim: Mendikbud Punya Harta Rp4,8 T, Disorot Gegara Kenaikan UKT
Sayangnya, kondisi di Indonesia belum ada lembaga pemerintah yang memberikan layanan student loan resmi.
Apalagi beberapa waktu lalu sempat viral, alih-alih meringankan biaya pembayaran uang kuliah, beberapa kampus kedapatan bekerja sama dengan pinjol sebagai solusi membayar uang kuliah dengan cara dicicil, lengkap dengan skema bunga yang cukup besar dan dibebankan kepada orang tua atau mahasiswa tersebut.
"Beban dia (mahasiswa) untuk mengembalikan dan beban kuliah cukup berat. Memang pasti ada yang berhasil dengan semangat juangnya, tapi ada juga yang tidak berhasil, harus nyambi kerja, dan bisa stres jika belum dikembalikan," pungkas Nirmala.
Biaya UKT di Berbagai PTN Naik Drastis Hingga 500 Persen
Banyak Perguruan Tinggi Negeri (PTN) telah merilis biaya kuliah terbarunya untuk tahun akademik 2024/2025. Informasi UKT terbaru ini tak sedikit membuat mahasiswa kaget.
Pasalnya, beberapa kampus menaikkan besaran UKT hingga beberapa kali lipat dibandingkan tahun 2023. Selain itu, ada juga kampus yang mengubah penggolongan besar UKT.
Beberapa universitas yang menaikkan biaya UKT di antaranya Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Brawijaya, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan masih banyak lagi.
Bahkan, khusus Unsoed, dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI di Komplek Parlemen beberapa waktu lalu, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsoed Maulana Ihsan menyebut kalau biaya UKT melambung hingga mencapai 300 hingga 500 persen.
"Yang kami resahkan, UKT di Unsoed itu naik melambung sangat jauh tinggi. Naik bisa 300%-500%. Contoh di fakultas saya sendiri, dari fakultas peternakan, sebelumnya Rp2,5 juta, sekarang naik jadi Rp14 juta," jelas Maulana.