Raditya Dika Buat Meja Kerja di Atas Treadmill, Memang Ada Manfaatnya?

Selasa, 21 Mei 2024 | 08:25 WIB
Raditya Dika Buat Meja Kerja di Atas Treadmill, Memang Ada Manfaatnya?
Raditya Dika. [Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tampaknya ada saja gebrakan dari Raditya Dika, kali ini komika tersebut membuat meja kerja di atas treadmill agar bisa bekerja dan berolahraga sekaligus karena ingin lebih sehat. Sayangnya perilaku multitasking ini ternyata bahaya merusak otak dan bikin pikiran lemot loh.

Momen Raditya Dika membuat meja di atas treatmill ini dibagikan di Instagram pribadinya, dilihat suara.com, Senin (20/5/2024) tampak suami Anisa Aziza itu memamerkan meja coklat dengan kaki panjang yang melampaui tinggi treadmill.

Menariknya di atas meja coklat itu, Raditya Dika meletakkan notebook berukuran kecil sehingga memungkinkannya untuk mengetik atau menonton sesuatu di layar komputer tersebut. Kondisi inilah yang disebut multi tasking yang membuat seseorang mampu mengerjakan lebih dari satu pekerjaan dalam satu waktu.

Dalam hal ini, multitasking Raditya Dika yaitu bekerja sekaligus berolahraga dalam waktu bersamaan.

Baca Juga: 5 Gaya Fashion Mewah Anissa Aziza, Bak Old Money di Drama Korea

"Jadi kemaren gue share bikin meja di atas treadmill, supaya bisa kerja sambil treadmill (jogging atau berjalan di tempat). Nah, banyak banget yang bilang gue aneh. Ini gue bikin sendiri mejanya, ada tukang yang ngerjain. Jadi di sini gue jalan kaki doang makanya pakai sendal," jelas Raditya Dika.

Alasan multitasking bikin otak lemot

Kian kemari banyak orang merasa bangga bisa melakukan berbagai aktivitas dalam waktu bersamaan atau dikenal dengan multitasking. Tapi siapa sangka, multi tasking malah menurunkan produktfitas pekerjaan seseorang. Ini karena multi tasking bisa menurukan kinerja otak, sehingga otak tidak bisa bekerja maksimal.

"Ketika orang mengira mampu melakukan banyak tugas, tapi sebenarnya mereka hanyalah beralih dari satu tugas ke tugas lain dengan sangat cepat. Dan setiap kali mereka melakukannnya, ada dampak kognitif yang dialaminya," ujar Ahli Saraf Massachusetts Institute of Technology, Earl Miller mengutip Business Insider, Senin (20/5/2024).

Miller yang merupakan salah satu Pakar Perhatian terbaik dunia mengingatkan, bahwa otak tidak akan mampu terhubung dengan banyak tugas, dan fungsinya tidak bisa bekerja maksimal.

Baca Juga: Profil Anissa Aziza, Selebgram Cantik yang Disebut Vior di Depan Raditya Dika

Multitasking juga meningkatkan hormon kortisol alias hormon stres, yang dapat merangsang otak bekerja berlebihan dan menyebabkan kabut mental atau pikiran yang kacau. Apalagi saat stres detak jantung dan tekanan darah akan melonjak, yang akhirnya memicu rasa cemas.

Bahkan melansir situs resmi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menyebutkan multitasking bisa membuat orang mudah pelupa, tidak cekatan dan lemot. Hal ini sebagaimana penelitian yang dilakukan University of Copenhagen, Denmark, yang menyebutkan multitasking dapat menyebabkan gangguan ingatan baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. 

Gangguan ingatan akibat multitasking terjadi karena otak cenderung menyimpan informasi di tempat yang salah. Alih-alih mengirim informasi ke Hippocampus, bagian otak yang berperan menyimpan informasi, otak malah menyimpan informasi di bagian otak bernama striatum yang bertanggung jawab dalam fungsi motorik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI