Suara.com - Presiden Iran Ebrahim Raisi dinyatakan meninggal pada Senin (20/5/2024) pagi setelah helikopter yang ia tumpangi bersama pejabat senior lainnya jatuh di provinsi Azerbaijan Timur.
"Helikopter Presiden Raisi terbakar habis dalam kecelakaan (helikopter) itu. Sayangnya, semua penumpang dikhawatirkan tewas," kata pejabat Iran, sebagaimana telah dikutip Reuters.
Tentu saja, tewasnya Ebrahim Raisi langsung membuat dunia menyorot sosoknya. Pemimpin politik berusia 63 tahun ini merupakan politisi garis keras dan konservatif secara agama. Berikut adalah fakta tentang pria yang juga disebut sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW tersebut.
1. Gagal Pemilihan Presiden Pada 2019 dan Mencalonkan Kembali Pada 2021
Baca Juga: Tanda Tanya Di Balik Jatuhnya Helikopter Tewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi
Raisi pertama kali mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2017 melawan Hassan Rouhani, yang mencalonkan diri kembali.
Setelah kekalahannya, Raisi mulai merencanakan kampanye presiden berikutnya. Pada bulan Juni 2021, ia memperoleh 62 persen suara. Ia mendapatkan hampir 18 juta dari hampir 29 juta surat suara, menurut Menteri Dalam Negeri Rahmani Fazli.
Banyak warga Iran yang berpikiran reformis menolak ikut serta dalam pemilu yang dianggap sudah pasti akan terjadi. Tingkat partisipasi pemilih secara keseluruhan hanya 48,8% – terendah sejak berdirinya Republik Islam Iran pada tahun 1979.
2. Disebut merupakan kelompok "panel kematian"
Menurut berbagai kelompok hak asasi manusia, dikutip CNN, Raisi adalah bagian dari "panel kematian" yang beranggotakan empat orang, yang diduga mengawasi eksekusi massal hingga 5.000 tahanan politik.
Baca Juga: 6 Fakta Terbaru Pesawat Latih yang Jatuh di BSD, Sempat Berputar di Udara hingga Tabrak Pohon
Raisi tidak pernah secara terbuka mengomentari tuduhan tersebut, namun diyakini bahwa ia jarang meninggalkan Iran karena takut akan pembalasan atau keadilan internasional atas eksekusi tersebut.
Hal ini membuatnya tidak populer di kalangan oposisi Iran dan menyebabkan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadapnya.
3. Menjadi pemimpin Iran pertama yang mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat
Ia telah lama menentang keterlibatan dengan Barat dan merupakan sekutu dekat Pemimpin Tertinggi Ayatollah Seyyed Ali Hosseini Khamenei.
Hal inilah yang membuat Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kembali kepada Raisi, setelah sanksi sempat diringankan pada masa pemerintahan Hassan Rouhani.
Mereka mengutip partisipasinya dalam "komisi kematian" tahun 1988 dan juga laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menunjukkan bahwa pengadilan Iran menyetujui eksekusi setidaknya sembilan anak antara tahun 2018 dan 2019.
Raisi juga sering kali berbicara menantang menenpatkan Iran berada dalam ketegangan dengan Amerika Serikat dan Israel. Bahkan menyatakan kedua negara tersebut sebagai musuh bebuyutannya.
4. Menentang serangan Israel ke Gaza
Dilansir Aljazeera, Iran di bawah kepemimpinan Raisi telah terang-terangan mengutuk serangan brutal Israel terhadap warga sipil Palestina, begitu pula sekutu regionalnya yang disebut sebagai “poros perlawanan” terhadap Israel dan sekutu Baratnya.
Pada awal April, gedung konsulat Iran di Damaskus diserang dalam serangan yang dituduh dilakukan oleh Israel, menewaskan tujuh orang termasuk seorang komandan utama dan wakilnya.
Selama hampir dua minggu, setiap ucapan Raisi menjadi sasaran pengawasan ketat seiring dunia menunggu tanggapan Teheran.
Pada tanggal 15 April, Iran akhirnya melancarkan serangan yang terekam dengan baik yang menurut juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, melibatkan lebih dari 120 rudal balistik, 170 drone, dan lebih dari 30 rudal jelajah yang sebagian besar dicegat di luar perbatasan Israel.
Kerusakan kecil dilaporkan terjadi di beberapa wilayah Israel, dan serangan tersebut membuahkan tanggapan yang tidak berarti.
5. Calon Pemimpin Tertinggi lran
Raisi dianggap sebagai penerus Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi lran yang berusia 85 tahun. Terpilih sebagai presiden pada Juni 2021, Raisi berkampanye sebagai
kandidat terbaik untuk memerangi korupsi dan mengatasi masalah ekonomi Iran. Ia memegang beberapa posisi penting di lran selama bertahun-tahun.