Gaya Komunikasi Gen Z di Dunia Kerja Dinilai Terlalu Pendek, Berisiko Buat Senior Jadi Tersinggung

Rabu, 15 Mei 2024 | 20:10 WIB
Gaya Komunikasi Gen Z di Dunia Kerja Dinilai Terlalu Pendek, Berisiko Buat Senior Jadi Tersinggung
lustrasi Para Gen Z Saat Bekerja (Freepik/pressfoto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Generasi Z atau Gen Z dinilai punya cara berkomunikasi yang berbeda dibandingkan generasi lain di atasnya. Dikenal sebagai generasi yang aktif di media sosial, gen Z jadi terbiasa memiliki gaya komunikasi yang langsung ke inti atau to the point, singkat, dan jelas. 

Institusi pendidikan komunikasi Talkinc menemukan kalau gaya bicara seperti itu kerap kali membuat gen Z tidak bisa cocok dengan generasi di atasnya, seperti milenial dan gen X. Terutama ketika mereka terhubung dalam jalinan pekerjaan profesional.

"Ngomong singkat, padat, dan jelas itu dilakukan dengan baik oleh mereka. Jadi bagus sekali. Sayangnya dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak hanya bersinggungan dengan generasi mereka aja, ada milenial, gen X, ada baby boomer di mana orang-orang ini berbeda, ekosistemnya beda, tentu gak bisa ngomong pendek-pendek," jelas founder Talkinc Erwin Parengkuan dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (15/5/2024). 

Ilustrasi Gen Z. (Freepik.com/pressfoto)
Ilustrasi Gen Z. (Freepik.com/pressfoto)

Dari temuan Talkinc, tak sedikit perusahaan yang mengonsultasikan keluhan mereka terkait pekerja muda dari gen Z yang cara komunikasinya terlalu singkat. Hal tersebut sampai mempengaruhi proses kerja sama dengan karyawan lain yang lebih senior.

Baca Juga: Pantas Anies Dicintai Gen Z di TikTok, Videonya Ajari Anak untuk Hal Sekecil Ini Bisa jadi Alasannya

"Menurut saya dan apa yang kami alami di dalam kelas, baik perusahaan yang datang kepada kami atau saat training, selalu keluhannya itu zilenial ngomongnya pendek-pendek dan itu membuat tidak nyaman," imbuhnya. 

Erwin menyarankan, gen Z harus bisa menempatkan diri di mana pun dia berada serta menyesuaikan gaya komunikasinya dengan lawan bicara. Sebab bila tidak, berpotensi terjadi ketersinggungan dan salah paham akibat perbedaan cara berkomunikasi.

"Bayangkan kalau di kantor cuma ditanya 'kamu udah bikin laporan?' 'Udah, pak', 'kapan?' 'Kemarin, pak'. Terus gak ada story telling-nya, gak ada kemampuan mendeskripsikan perjalanan cerita yang berhubungan dengan data, tentu lawan bicara bisa saja tersinggung," tutur Erwin.

Dia menyampaikan bahwa berkomunikasi secara langsung tidak bisa disamakan dengan bicara lewat pesan melalui ponsel yang mengandalkan emoji. Karena, emoji tersebut hanya berupa simbol, sedangkan bicara secara langsung secara tatap muka memerlukan koneksi yang lebih dalam.

"Ketika berhubungan dengan antar manusia kita tidak hanya perlu kata pendek, tapi juga perlu koneksi, perlu kemampuam untuk menarasikan, konkreat pikiran kita jadi cerita yang menarik," pungkasnya. 

Baca Juga: Forum Komunikasi Purnawirawan TNI-Polri Desak Jokowi Mundur Hingga Diskualifikasi Prabowo-Gibran

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI