Bocah di Cirebon Depresi Berat Usai Ibu Jual HP Hasil Menabung, Malah Dicap Nakal sampai Dirukiah

Selasa, 14 Mei 2024 | 17:33 WIB
Bocah di Cirebon Depresi Berat Usai Ibu Jual HP Hasil Menabung, Malah Dicap Nakal sampai Dirukiah
Ilustrasi depresi (Freepik/jcomp)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang pelajar SD berinisial A(13) di Kota Cirebon, Jawa Barat, beberapa kali berteriak dan menangis karena depresi berat yang dialaminya. Mirisnya, peristiwa ini terjadi akibat sang ibunda yang menjual ponsel dan sepedanya demi mencukupi kebutuhan hidup.

Hal ini sebagaimana terlihat di unggahan akun Instagram @fakta.jakarta, memperlihatkan A yang mengamuk saat didatangi sejumlah petugas dinas setempat. Beberapa kali tangannya terangkat menutup telinga serta memukuli ibunya karena emosi yang meluap.

A adalah anak sulung dari pasangan Alifyanto dan Siti Anita. Sang kepala keluarga sehari-harinya bekerja sebagai seorang kuli di Bekasi, sementara istrinya hanya ibu rumah tangga yang harus mengasuh ketiga anaknya.


Kepada YouTuber Pratiwi Noviyanthi, Siti Anita mengaku saat itu kondisi keuangan keluarganya sedang terdesak dan ponsel A menjadi satu-satunya barang berharga yang dapat dijual.

Baca Juga: UMKM Kota Cirebon Diusulkan Buka Pangsa Pasar Baru

“Dia punya HP kan, saya jual, buat makan, karena kita butuh, karena saya anaknya tiga,” ujar ibu A, dikutip pada Selasa (14/5/2024).

Sang ibu juga membenarkan bahwa anaknya menabung untuk membeli ponsel tersebut. “Cuma karena saya butuh, ya saya jual. Izin sama anaknya, (dijawab) ‘Iya nggak apa-apa’, tapi anaknya ngelamun. Jadi dia tuh anaknya tertutup, apa-apa dipendem sendiri,” sambungnya.

Perubahan kondisi ini baru terungkap setelah guru sekolah A mempertanyakan alasan sang anak jadi pemurung dan penyendiri, tetapi saat itu ibunya mengira A dirundung di sekolah.


Lalu setelah itu perubahan perilaku A semakin menjadi-jadi. Menurut ibunya, A menjadi sosok yang pemarah dan merusak berbagai barang. Bukannya mencoba bertanya dari hati ke hati, ibunya malah merukiah A.

“Saya kira anaknya nakal, ‘Ah kamu emosian ya!’ Segala-segala kan dirusak, dari lemari, pintu kamar mandi, segala macam dibanting. Kata saya, ‘Eh anak ini nakal ya’, tapi dia nggak cerita, ‘Mama HP-nya beli lah’, dia nggak ngomong, barangkali saya usahakan buat beli lagi,” ungkap Siti Anita.

Baca Juga: Bahas Kesehatan Mental di Buku Kupikir Segalanya akan Beres Saat Aku Dewasa

Emosi yang tak stabil juga membuat A beberapa kali kabur, sampai yang terjauh ke Kabupaten Kuningan. “Kita berobatnya ke rumah sakit, sama saya rukiah anak ini,” kata sang ibu.

Para tetangga yang prihatin pun sudah bahu-membahu untuk membelikan ponsel baru, tetapi kondisi A tetap tidak membaik. Kini A terpaksa berhenti sekolah, padahal sudah sempat menjalani kelas 6 SD selama dua bulan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI