Suara.com - Ivan Gunawan menjadi perbincangan setelah membangun masjid di Uganda, Afrika. Rumah ibadah umat Islam yang dibangun Ivan Gunawan di Uganda itu diberi nama Masjid of Indonesia.
Menariknya, pria yang akrab disapa dengan nama Igun ini tidak cuma membangun masjid di Benua Hitam. Sosoknya juga turut membangun sumur di negara berpenduduk 47 juta jiwa tersebut.
Igun ternyata merasa prihatin melihat kondisi warga Uganda yang kesulitan mendapatkan air bersih. Apalagi, lanjut Igun, warga Uganda kerap mengonsumsi air genangan berwarna cokelat.
Situasi ini tentu juga mempengaruhi kesehatan warga setempat. Igun pun tak tega dan memutuskan ikut membantu warga setempat dengan membangun sumur.
Baca Juga: Intip Tarif Ivan Gunawan sebagai Desainer, Pantas Enteng Bangun Masjid di Uganda Afrika
"Awalnya di Uganda itu, ada orang posting di Uganda itu susah (mendapatkan) air bersih. Mereka (warga setempat) minum dari genangan air yang coklat. Yaudah spontan aja (aku) bikin sumur," ungkap Igun.
Igun kemudian menamakan sumur yang dibangunnya itu dengan nama sang ibu, Erna Gunawan. Bukan tanpa alasan, ia ternyata menyimpan doa mulia untuk sang ibu di balik pemberian nama tersebut.
"Sampai saat ini, sumurnya (di Uganda yang aku bangun) tak kasih nama ibuku Erna Gunawan. Jadi Aku berharap jika ibuku enggak ada, amal ibadahnya akan mengalir terus seperti air yang aku buat," aku Igun.
Dalam kesempatan ini, Igun juga mengungkap alasan mengapa memilih membangun masjid di Uganda, alih-alih negara sendiri. Hal ini semata-mata karena ia merupakan orang yang spontan.
"Makanya banyak orang bilang gini, kenapa kok Igun meski buat masjid ke Uganda, Afrika? Kenapa enggak (bangun masjid) di Indonesia aja? Tapi aku itu orangnya spontan gus," jelasnya.
Baca Juga: Bangun Masjid di Uganda, Ivan Gunawan Tanpa Mobil Mewah dan Pilih Naik Motor Bebek
Sebagai informasi, mayoritas penduduk Uganda beragama Kristen. Sedangkan warga yang beragama Islam hanya sekitar 17 persen.
Kondisi ini membuat rumah ibadah warga Muslim di Uganda kurang diperhatikan. Terbukti, banyak warga Islam di Uganda yang menuaikan ibadah salat di bawah pohon karena kurangnya rumah ibadah.
"Pas aku lihat masjid, aku lihat mereka itu sholat di bawah ranting, di bawah pohon. Di Uganda itu mayoritas beragama non Muslim, sedangkan yang beragama muslim hanya 16-17 persen," ucap Igun.
"Jadi kemungkinan di sana (warga beragama Islam) kurang diperhatikan. Jadi akhirnya aku buat di sana, satu-satunya masjid berwarna putih. Di antaranya (ada masjid) warnya biru, kuning, hijau," pungkas Ivan Gunawan.