Suara.com - Memberikan screen time berlebihan pada anak balita bisa mengganggu perkembangan anak, termasuk membuat anak terlambat bicara atau speech delay. Ini karena anak kekurangan interaksi dengan lingkungannya.
Psikolog Klinis, Rosdiana Setyaningrum bercerita saat ini banyak menemukan anak balita 'lulusan' pandemi Covid-19 yang alami gangguan sensorik hingga speech delay karena sedikitnya rangsangan yang diterima anak saat proses merangkak dan bermain.
Kondisi jadi salah satu efek jangka panjang pandemi Covid-19 pada anak yang membatasi ruang gerak anak. Bahkan anak tidak bisa bermain atau pergi ke sekolah karena harus di rumah saja.
"Waktu Covid-19 kita bekerja dari rumah, sementara kalau hari biasa kan kita kerja di luar, jadi anaknya bisa ke play grup sekolah dan bermain. Tapi saat bersama di rumah dan orangtua harus bekerja, akhirnya pilih memberikan screen time pada anak," ujar Rosdiana dalam acara diskusi di MS School dan Wellbeing Center di Tebet, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Melihat Lebih Dekat Apple Vision Pro, Headset Gahar dengan Teknologi AR
Menurut Rosdiana, saat orangtua memberikan gadget pada anak balita dengan screentime yang tidak terkontrol, maka anak hanya akan berinteraksi dengan layar gadget tanpa ada rangsangan sensorik yang didapatkan.
Padahal rangsangan saraf sensorik yang meliputi 7 indra seperti kemampuan menyentuh, melihat, mendengar, perasa, keseimbangan tubuh, pengecap hingga penciuman saat usia balita perannya sangat penting dalam membentuk dan melatih otak anak sejak usia dini.
"Kalau menengah ke bawah saat pandemi, orangtuanya itu lebih memberikan kenyamanan dan tutup mata memberikan gadget, bahkan mereka seolah menjadikan screen time sebagai 'pengasuh' anak," ujar Pemerhati Tumbuh Kembang Anak, Tante Mobi di acara yang sama.
Lebih lanjut Rosdiana juga mengingatkan, jika sudah sampai orangtua merasa nyaman anak tenang dan diam duduk berlama-lama menatap gadget. Kondisi ini bisa menyebabkan perkembangan otak terhambat, karena saraf sensorik yang tidak dirangsang, yang hasilnya bisa mengalami gangguan sensorik seperti speech delay.
"Jadi biasanya kalau udah begini, saat terapi kita akan coba korangin screentime-nya jadi dia bisa mulai bicara dan keluar suaranya," ujar psikolog yang juga Center Director di MS School dan Wellbeing Center itu.
Baca Juga: Cara Atur Screen Time di iPhone, Maksimalkan Produktivitas Penggunaan HP
Gangguan sensorik adalah kondisi yang mempengaruhi cara kerja otak dalam memproses stimulus yang diterima. Gangguan berhubungan erat dengan apa yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan, atau disentuh oleh anak.
Gangguan sensorik pada anak terjadi ketika anak memiliki kesulitan dalam mengatur atau memproses informasi sensorik dari lingkungan mereka.
Kondisi ini bisa berdampak pada bagaimana anak merasakan dan bereaksi terhadap rangsangan sensorik seperti suara, cahaya, sentuhan, atau gerakan.
Sedangkan speech delay atau keterlambatan berbicara adalah kondisi di mana anak terlambat berbicara dan berkomunikasi secara verbal dibandingkan dengan anak-anak seumurannya.
Biasanya, anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya sekitar usia 12 hingga 15 bulan dan mulai membangun kalimat singkat pada usia 2 tahun.
Selain itu, orangtua juga perlu tahu beberapa tanda speech delay pada anak, di antaranya sebagai berikut:
1. Terlambat bicara
Anak mungkin tidak mulai berbicara pada usia yang diharapkan, seperti tidak mengeluarkan kata-kata pertamanya pada usia 12-15 bulan.
2. Kosakata terbatas
Anak mungkin memiliki kosakata yang terbatas atau hanya menggunakan kata-kata yang sederhana dan terbatas dalam percakapannya.
3. Sulit menjelaskan
Anak mungkin mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan jelas dan bisa dipahami oleh orang lain.
4. Lambat memahami instruksi
Anak mungkin kesulitan dalam memahami dan mengikuti perintah sederhana atau instruksi yang diberikan oleh orang dewasa.
5. Lambat berkomunikasi dengan orang lain
Anak mungkin memiliki kesulitan dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi dengan orang lain, baik secara verbal maupun non-verbal.