Suara.com - World Malaria Day atau Hari Malaria Sedunia diperingati pada 25 April setiap tahunnya. Menariknya, pada 2024 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyatakan Indonesia berhasil mencapai target eliminasi malaria di beberapa wilayah.
Fakta ini berhasil membuat publik penasaran, mengingat Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi mengakui Indonesia jadi negara penyumbang kasus malaria tertinggi kedua di Asia setelah India.
Apalagi laporan World Malaria Report 2023 menyatakan Indonesia dan India merupakan penyumbang 94 persen kasus malaria dari seluruh dunia.
"Malaria di Indonesia memang termasuk yang tertinggi di Asia, nomor 2 setelah India," ujar Imran melalui keterangan yang diterima suara.com, Kamis (25/4/2024).
Baca Juga: Kasus Korupsi APD di Kemenkes, KPK Panggil Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad
Menurut Imran, program eliminasi malaria di Indonesia masih dalam koridor jalur yang sesuai. Ini karena Kemenkes mendapati adanya penurunan kasus malaria dari tahun ke tahun. Penurunan ini sesuai dengan target yang sudah ditetapkan pemerintah.
"Kasus malaria di tahun 2023 sebanyak 418.546 kasus, menurun dibandingkan tahun 2022 yaitu 443.530 kasus. Namun jika dilihat pada 1 dekade (10 tahun) terakhir, tahun 2015, kasus malaria sebanyak 217.025 kasus maka terlihat seolah terjadi peningkatan kasus," ungkap Imran.
"Ini juga disebabkan membaiknya sistem pencatatan dan pelaporan surveilans malaria di RS dan Puskesmas, serta tingginya peningkatan penemuan kasus malaria yang dilakukan oleh kader malaria, terutama di daerah endemis tinggi," sambungnya.
Imran menambahkan, di 2023 jumlah tes malaria di Indonesia sudah jauh lebih baik. Ini karena sudah dilakukan sekitar 3 juta tes terutama pada masyarakat di wilayah endemis tinggi. Adapun beberapa wilayah kasus malaria terbanyak di Indonesia terdapat di Papua, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Pegunungan, Wilayah Sumba dan Kabupaten PPU di Kalimantan Timur.
"Kawasan Papua dan Nusa Tenggara merupakan daerah dengan kasus malaria tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2023, ditemukan 418.546 kasus malaria di Indonesia dengan 369.119 ditemukan di Papua, Papua Tengah, Papua Selatan, dan Papua Pegunungan," jelas Imran.
Baca Juga: Heboh Ulat Bulu Kucing di Amerika Sebabkan 16 Anak Tewas, Kemenkes Buka-bukaan Soal Faktanya
Sederet capaian inilah yang dipastikan Imran sebagai tolok ukur program eliminasi malaria masih dalam jalur dan sesuai dengan target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional).
"Di mana misalnya tahun 2023, dari target 385 kabupaten kota eliminasi malaria , capaian sebanyak 389 kabupaten kota, target 2024 adalah 405 dan per maret 2024 mencapai 393 kabupaten kota yang telah berhasil mencapai eliminasi malaria, dan terus dilakukan upaya mengidentifikasi daerah yang sudah rendah untuk segera didorong mencapai eliminasinya," papar Imran.
Meski masih sesuai target, Imran mengingatkan di masa mendatang program eliminasi malaria akan jauh lebih menantang. Ini karena daerah di Indonesia yang hingga saat ini belum eliminasi malaria merupakan wilayah endemis malaria atau daerah dengan kasus tertinggi.
"Daerah-daerah yang belum mencapai eliminasi adalah wilayah yang hard rock, yaitu dimana daerah yang belum mencapai eliminasi adalah daerah yang masih endemis malaria, terutama di kawasan Timur Indonesia," pungkas Imran.
Sementara itu, malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Gejalanya bisa beragam, termasuk demam, menggigil, sakit kepala, dan mual.
Tanpa pengobatan yang tepat, malaria dapat menjadi fatal. Infeksi terjadi ketika parasit masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan menyebar ke dalam darah, menyerang hati dan sel darah merah.
Perawatan dan penanganan malaria termasuk di dalamnya yaitu obat antimalaria untuk membersihkan parasit dari tubuh. Pencegahan termasuk penggunaan kelambu yang terimpregnasi insektisida, obat pencegah malaria, dan upaya pengendalian populasi nyamuk.