Suara.com - Publik dibuat penasaran dengan kakek dari suami Dian Sastrowardoyo, Maulana Indraguna Sutowo yakni Ibnu Sutowo, yang disebut-sebut berseteru dengan Bung Hatta alias Mohammad Hatta, lantaran dugaan korupsi yang merugikan negara.
Dosa masa lalu keluarga Ibnu Sutowo ini kembali dikulik setelah Dian Sastro memamerkan potret liburan mewahnya saat bermain ski di Swiss baru-baru ini. Alih-alih membahas kemahiran pemain film Ada Apa Dengan Cinta itu bermain ski, tapi netizen malah ramai tudingan Dian Sastro ikut menikmati hasil korupsi kakek mertuanya, Ibnu Sutowo saat menjabat sebagai bos Pertamina selama 19 tahun.
Bahkan kebencian tokoh proklamator bangsa, Mohammad Hatta diungkap salah satu akun Twitter @ChrisWibisana yang menyebutkan Bung Hatta enggan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta karena Ibnu Sutowo mendapat jatah lahan di sana.
"Tersedianya lahan makam untuk kakek mertua Dian Sastro adalah alasan mengapa Drs. Mohammad Hatta berwasiat menolak dimakamkan di Kalibata," tulis Chris Wibisana.
Baca Juga: 7 Inspirasi OOTD Celana Denim ala Dian Sastrowardoyo Bikin Awet Muda Tapi Terlihat Old Money
Profil dan sepak terjang Ibnu Sutowo
Sosok Ibnu Sutowo ternyata bukan orang sembarang, karena terkenal dengan julukan Si Raja Minyak. Apalagi sosok ini disegani Presiden Soeharto saat masih memimpin Indonesia. Tidak main-main, Ibnu Sutowo menjadi bos alias Direktur Utama PT Pertamina (Persero) selama periode 1957 hingga 1976, nyaris 20 tahun.
Sebelum dipercaya menjadi Bos Pertamina, Ibnu Sutowo lebih dulu menduduki jabatan Menteri Minyak, dan Gas Bumi Indonesia (ESDM) periode 1966 lantaran ditunjuk langsung Soeharto.
Ibnu Sutowo merupakan sosok dari kalangan militer dan memiliki nama lengkap Letnan Jenderal TNI dr. H. Ibnu Sutowo, D.Sc. Ia adalah seorang Panglima Komando Daerah Militer Sriwijaya pada tahun 1955 hingga 1956.
Kiprah Ibnu Sutowo di bidang perminyakan dimulai saat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Kolonel Abdul Haris Nasution pada 1957 menunjuk Ibnu Sutowo sebagai Direktur Utama perusahaan PT Tambang Minyak Sumatera Utara (PT Permina). Perusahaan ini kemudian menjadi menjadi PT Pertamina dan menjadikannya sebagai Dirut.
Kasus korupsi Ibnu Sutowo sebagai Dirut Pertamina
Di masa Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, Dirut Pertamina, Ibnu Sutowo disebut menjalankan perusahaan minyak negara seperti kerajaan bisnisnya sendiri.
Mirisnya, sekelas Kementerian Keuangan saat itu tidak mampu mengetahui berapa penghasilan dan pengeluaran Pertamina. Bahkan dikabarkan Ibnu Sutowo kerap menggunakan kas Pertamina untuk kepentingannya sendiri.
Bahkan kakek mertua Dian Sastrowardoyo itu sempat mengaku membagikan dana 500 ribu dolar Amerika setiap tahunnya, uang ini diambil dari dana milik pemerintah alias uang negara. Tak main-main saat menjabat sebagai Dirut Pertamina, Ibnu Sutowo sudah memiliki 6 hingga 7 perusahan pribadi.
Bung Hatta melacak dugaan dana korupsi Ibnu Sutowo
Saat itu banyak pihak sudah merasa aneh dengan kepemimpinan Ibnu Sutowo sebagai bos Pertamina. Alhasil, dibentuklah tim untuk menyelidiki aliran uang perusahaan minyak negara Pertamina, dan salah satu anggota tim tersebut ada nama Mohammad Hatta.
"Hatta adalah anggota Komisi Empat yang salah satu tugasnya menyelidiki berapa besar uang masuk ke rekening kakek mertua Dian Sastro," kata Chris Wibisana yang mengaku saat itu mengutip buku biografi sang Proklamator Kemerdekaan, Mohammad Hatta.