Suara.com - Sosok Adi Purnomo atau akrab dikenal dengan nama Mamo kini ramai diperbincangkan publik. Pasalnya, sosok Mamo ini dikenal sebagai arsitek senior di Indonesia dengan berbagai karyanya yang banyak mendapat pujian.
Baru-baru ini, nama Mamo sendiri disebut-sebut sebagai arsitek yang ikut mendesain dan membangun pendopo milik Anies Baswedan yang berada di Cilandak, Jakarta Selatan.
Namun, pendopo Anies kini menuai kontroversi. Beberapa pihak menyebut bahwa konstruksi rumah Joglo yang dijadikan Anies sebagai pendopo itu merupakan peninggalan bersejarah dari kiai besar asal Ponorogo, KH Hasan Besari.
Hal ini diungkap oleh Ahmad Dhani yang mengaku mengetahui soal asal usul pendopo milik Anies tersebut.
Baca Juga: Terlihat Kompak saat Halal Bihalal, Cak Imin dan Anies Malah Diminta Besanan: Rara dan Mikail Cocok!
"Anies Baswedan, rumahnya itu pakai Joglo kan yang di Jakarta ini. Itu dia gak sengaja beli, dia beli sama arsitek, arsiteknya beli sama temen gue. Itu Joglonya itu, punyanya Hasan Besari. Wali besar itu. Itu nenek moyangnya kiai kiai Gontor," ungkap Dhani dalam sebuah video yang diunggah di akun Tiktok @ponorogomu.
Meskipun tak mengungkap siapa arsitek tersebut, namun Dhani menyebut dirinya mengetahui soal desas desus Pemerintah Ponorogo akan mengambil alih pendopo milik Anies.
Anies sendiri pernah bercerita di podcast Youtube Total Politik soal pendopo miliknya. Anies menyebut bahwa rekannya bernama Adi Purnomo yang berprofesi sebagai arsitek adalah orang yang membantunya dalam membeli kayu rumah Joglo dan ikut mendesain pendopo miliknya.
Kini, Adi Purnomo pun menjadi ramai diperbincangkan publik. Lalu, siapa sosok Adi Purnomo sebenarnya? Simak inilah profil Adi Purnomo selengkapnya.
Profil Adi Purnomo atau Mamo
Baca Juga: Harga 3 Rumah Anies Baswedan: Fantastis, Tapi Kini Pendopo Miliknya Mau Diambil Pemda?
Adi Purnomo atau Mamo lahir di Yogyakarta pada tahun 1968. Mamo sendiri merupakan pendiri dari Mamostudio yang merupakan perusahaan arsitek miliknya. Sosoknya dikenal sebagai salah satu pelopor green design di Indonesia.
Mamo lulusan dari Universitas Gadjahmada (UGM) Yogyakarta dan berhasil meraih gelar sarjana Arsitektur pada tahun 1994. Ia juga melanjutkan studinya di Universitas Pelita Harapan (UPH) pada 2005 dan lulus tahun 2011.
Kiprah Mamo sebagai seorang arsitek cukup cemerlang. Sebelum lulus dari UGM, Mamo sudah bekerja di sebuah studio maket dan arsitek di Yogyakarta, sebelum akhirnya membangun studio sendiri pada tahun 1992.
Mamo juga berkarier di berbagai perusahaan arsitek dan konstruksi. Sebut saja PAI tahun 1994 dan DP Architect Jakarta tahun 1997. Ia kemudian pindah ke DP Architect Singapura pada tahun 2000.
Pada 2004, Mamo banyak dilibatkan di berbagai proyek proyek besar. Seperti Urban Single Sel di taun 2004, Jakarta Sponge City di tahun 2009 dan juga proyek Fragment tahun 2009 - 2013.
Karya-karya milik Mamo pun berhasil membuatnya meraih beberapa penghargaan dari Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) di IAI Awards selama 4 tahun yaitu tahun 2002, 2005, 2006, dan 2008. Ia juga meraih gelar penghargaan Arsitek Muda pada 2002.
Karya miliknya pun juga diakui secara internasional. Hal ini terbukti dari penghargaan Architectural Review Commendation di London yang diterima Mamo pada 2010.
Selama hampir 20 tahun berkarier di berbagai perusahaan, Mamo turut mendirikan kantor arsiteknya sendiri bernama Mamostudio pada tahun 2010.
Mamo kemudian pertama bekerjasama dengan Anies Baswedan pada 2012. Kala itu, ia turut membangun pendopo di tanah milik Anies di wilayah Cilandak, Jakarta Selatan.
Sosoknya diduga membeli kayu bekas dari pengepul di Ponorogo. Kayu itu kemudian dikirim ke Jakarta untuk dibangun sebagai pasak pendopo Anies Baswedan yang didesain mirip rumah Joglo.
Atas kerjasama tersebut, Anies akhirnya menjadikan pendopo tersebut sebagai tempat berkumpulnya keluarga bahkan hingga relawan yang membantunya dalam dunia politik.
Namun, pendopo tersebut kini diisukan akan diambil alih Pemerintah Ponorogo lantaran kayu yang digunakan adalah peninggalan dari kiai besar KH Hasan Besari.
Kontributor : Dea Nabila