Menikah di Bulan Syawal Menurut Islam dan Masyarakat Jawa, Ini Perbedaannya

Rifan Aditya Suara.Com
Selasa, 16 April 2024 | 16:23 WIB
Menikah di Bulan Syawal Menurut Islam dan Masyarakat Jawa, Ini Perbedaannya
Ilustrasi Menikah di Bulan Syawal (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ada mitos yang menyebutkan bahwa menikah di bulan syawal akan berakhir pada perceraian. Akan tetapi, di sisi lain menikah di bulan syawal justru sangat dianjurkan menurut Islam. 

Perbedaan pandangan tersebut di atas tentunya memiliki suatu alasan. Menurut budaya Jawa, pernikahan bukanlah sesuatu yang dilakukan secara main-main melainkan sakral karena menyatukan dua keluarga besar. Oleh karenanya akan menggunakan penghitungan tertentu untuk mencari tanggal baik.

Sedangkan dalam Islam, secara umum menganggap bulan baik untuk menikah adalah bulan syawal. Mengapa demikian? Mari kita cari tahu jawabannya bersama-sama, alasan kenapa menikah di bulan Syawal sangat dianjurkan. 

Menikah di Bulan Syawal menurut Jawa 

Baca Juga: Bulan Syawal 2024 Sampai Tanggal Berapa? Ketahui Jadwal, Amalan dan Keutamaannya

Dalam Islam, bulan syawal sangat ditunggu-tunggu karena ini merupakan bulan di mana umat Islam meraih kemenangan setelah berpuasa selama 30 hari lamanya. Orang Islam menganggap bulan syawal adalah bulan berlimpahnya rezeki.

Akan tetapi, bagaimana budaya Jawa memandang bulan syawal dan bagaimana jika bulan tersebut dijadikan pilihan untuk melangsungkan pernikahan?

Adat Jawa memiliki keyakinan terhadap bulan baik untuk mengadakan pernikahan berdasarkan pada energi positif yang dimiliki bulan baik tersebut. Energi tersebut merepresentasikan hubungan erat dalam hubungan baik di antara dua keluarga. Adapun bulan baik menurut Jawa untuk melaksanakan pernikahan adalah empat bulan berikut:

1. Bulan Dzulhijjah
Menurut Primbon Jawa, bulan dzulhijjah adalah bulan baik untuk menikah karena bulan dzulhijjah akan membawa berkah dan kemudahan dalam kehidupan rumah tangga. Primbon meyakini bulan dzulhijjah yang juga disebut sebagai bulan besar merupakan periode awal rezeki berlimpah. Oleh karenanya, menikah di bulan dzulhijjah membawa kebahagiaan dan kesuksesan bagi kedua mempelai.

2. Jumadil Akhir 
Menurut adat Jawa, bulan Jumadil Akhir membawa keberuntungan dari aspek keuangan. Sehingga, ketika keuangan berlimpah, keharmonisan rumah tangga juga dapat terjaga. Uang bukan segalanya, tetapi ini dapat menciptakan ketenangan, keharmonisan, dan kedamaian dalam banyak aspek kehidupan. 

Baca Juga: Takut Keburu Kiamat, Alasan Anwar BAB Makin Kepikiran Gegara Belum Menikah

3. Rajab
Bulan Rajab juga diyakini sebagai bulan baik dalam melangsungkan pernikahan. Rajab dipandang sebagai bulan baik yang membawa keberkahan, diyakini dapat memberikan kelancaran pada bisnis yang sedang dibangun oleh calon mempelai. Oleh karenanya jika kedua calon mempelai akan bekerjasama dalam membangun bisnis selama berumah tangga, agar harmonis dan perjalanan hidup mereka tentram, menikah di bulan Rajab adalah yang paling tepat. 

4. Ruwah
Bulan Ruah juga diyakni membawa berkah bagi hubungan pengantin baru. Bagi pasangan yang menikah di bulan ruwah diyakini dapat memberikan momongan secepatnya, menambah kelengkapan dalam nilai-nilai keluarga dan kerukunan. 

Menikah di bulan syawal tidak dipandang buruk dalam adat Jawa, tetapi Jawa lebih menyarankan untuk memilih melaksanakan upacara pernikahan dalam salah satu empat bulan tersebut di atas. 

Menikah di Bulan Syawal menurut Islam

Menikah di bulan syawal menurut Islam merupakan sunnah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. Nabi sendiri menikahi Aisyah RA di bulan syawal. Kisah pernikahan antara Nabi dengan Aisyah ini tertuang dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah. Disebutkan bahwa;

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah untuk membantah keyakinan yang salah sebagian masyarakat yaitu tidak suka menikah di antara dua ‘ied (bulan Syawal termasuk di antara ‘ied Fitri dan ‘idul Adha), mereka khawatir akan terjadi perceraian. Keyakinan ini tidaklah benar.”

Catatan tersebut dikuatkan oleh Aisyah RA sendiri. Aisyah radiallahu ‘anha, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan:

تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللهِ فِي شَوَّالٍ، وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ، فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللهِ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي؟، قَالَ: ((وَكَانَتْ عَائِشَةُ تَسْتَحِبُّ أَنْ تُدْخِلَ نِسَاءَهَا فِي شَوَّالٍ)

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassalam yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?” (Perawi) berkata, “Aisyah Radiyallahu ‘anhaa dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal.” (HR. Muslim)

Oleh karenanya menikah di bulan syawal sangat dianjurkan oleh Islam. Jika seseorang menikah, ia telah menyempurnakan separuh agamanya. 

Demikian itu penjelasan menikah di bulan syawal berdasarkan pandangan Jawa dan Islam. Semoga bermanfaat.

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI