Suara.com - Kisruh hasil Pilpres 2024 yang dilanjutkan dengan sengketa di Mahkamah Konstitusi ternyata turut menuai tanggapan dari sejumlah tokoh publik.
Mulai dari Megawati Soekarnoputri yang menyentil hakim MK lewat laman opini di sebuah media online, sampai Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang bahkan sampai membawa dalil agama saat membuka opininya.
“Rekonsiliasi dan Rekognisi Pascapilpres,” begitulah judul yang digunakan Yaqut untuk artikel opininya yang dipublikasikan pada 5 Maret 2024.
“Pemilu bukanlah lonceng kematian bagi yang kalah dan euforia berlebihan bagi yang diunggulkan,” imbuhnya, seperti dikutip pada Selasa (9/4/2024).
Baca Juga: Beda Pendidikan Megawati dan Menag Yaqut: Sama-sama Resah Tulis Opini Pemilu di Media Online
Artikel ini tak bisa diakses sepenuhnya tanpa berlangganan di media online terkait. Namun sekilas terdapat kutipan berbahasa Arab yang merupakan salah satu pernyataan terkenal Imam Syafii.
“Kullu al-’adawat qad turja mawaddatuha. Illa ‘adawata man ‘adaka min hasadin.”
Yang artinya, “Setiap permusuhan kadangkala menginginkan persahabatan, kecuali permusuhan orang yang iri kepadamu.”
Kutipan itulah yang dituliskan Yaqut di awal artikel opininya. Tampaknya politisi yang akrab disapa Gus Yaqut itu mendorong setiap pihak untuk menerima hasil Pemilu, dan tidak mempermasalahkan lebih lanjut kecuali memang karena iri dengki atas kemenangan pihak tertentu.
Belakangan perkara ini disoroti oleh warganet, salah satunya akun X @thejesterjazz. Sebab Gus Yaqut disebut-sebut sebagai Menag pertama dalam sejarah Indonesia yang sampai mempublikasikan opini lewat media online seperti itu.
Baca Juga: Dipersoalkan di Sidang MK, Heru Budi Tegaskan Program Sembako Murah Bukan Bagi-bagi Bansos
“Ada yang gak kalah wow,” cuit pemilik akun yang awalnya menanggapi Megawati dan opininya. “Bulan lalu Menag Yaqut juga publish opini di Kompas tentang menerima hasil Pilpres tapi bawa-bawa dalil agama. Bahkan kalimat pertamanya ngutip Imam Syafi’i.”
“Kayaknya baru pertama dalam sejarah Menag Indonesia ada Menag yang kayak gini. (sepengetahuan cetek saya),” imbuhnya.
Tentu cuitan ini memunculkan beragam respons lantaran opini Gus Yaqut dianggap sebagai bentuk politisasi agama.
“Menuduh seberang mempolitisasi agama,” celetuk warganet.
“Wah wah wah… Aduh kalau itu banyak sensor ah mau bahasnya,” sindir yang lainnya.