Suara.com - Publik dikejutkan oleh jemaah Masjid Aolia, Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di mana mereka melaksanakan salat Idul Fitri 1445 Hijriah pada Jumat 5 April 2024.
Soal alasannya, pemimpin jemaah Aolia mengaku ditelepon Allah untuk lebaran lebih cepat. Hal ini lantas membuat publik menilai mereka sesat dan sosok pemimpinnya menuai rasa penasaran.
Sosok Pemimpin Jemaah Aolia
Pemimpin jemaah Aolia adalah Raden Ibnu Hajar Shaleh atau Mbah Benu. Informasi tentangnya ini dapat ditemukan melalui tesis berjudul ‘Dekonstruksi Mitos Kanjeng Ratu Kidul dalam Pendidikan Akidah Perspektif KH Raden Ibnu Hajar Shaleh Pranolo 1942-Sekarang (2017)’.
Tesis tersebut merupakan karya mahasiswa Magister PAI IAIN Purwokerto, Mohamad Ulyan. Di sana tertulis bahwa Mbah Benu lahir di Pekalongan, pada 28 Desember 1942.
Ia kemudian besar di Solotiyang, Maron, Purworejo. Di sisi lain, pendidikan agama yang diperoleh Mbah Benu berasal dari ayahnya, yakni Kyai Soleh bin KH Abdul Ghani bin Kyai Yunus.
Ayahnya itu lulusan pesantren Lirboyo dan diketahui murid dari Mbah Kholil Bangkalan. Mbah Benu sendiri sempat berkuliah di Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada (UGM).
Namun, ia memutuskan drop out (DO) atau keluar pada semester akhir. Adapun alasannya karena enggan memakan uang orang sakit yang sedang menderita dan berduka. Meski begitu, tak diketahui siapa sosok yang dimaksud.
Setelah itu, Mbah Benu menetap di Gunungkidul untuk mencuri hati seorang gadis yang bertugas sebagai bidan di Kecamatan Panggang. Adapun wanita ini kemudian menjadi istrinya.
Baca Juga: Hore! Makan Siang Gratis Tak Menunggu Dilantik, Gibran: Nggak Dibatasi, Malah Ditambah
Sementara itu, jemaah Masjid Aolia dipimpin oleh Mbah Benu yang dianggap sebagai mursyid atau guru. Adapun mereka diketahui menganut aliran Ahlussunah Wal Jamaah.