Suara.com - Desainer Tanah Air, Adith berhasil menciptakan busana elegan menggunakan bahan dari limbah daur ulang botol plastik hingga kain perca dan mengusung sustainable fashion.
Adith bercerita koleksi busana berjudul Resurrection yang diluncurkan dalam ajang Indonesia Fashion Week (IFW) 2024 ini mengusung konsep daur ulang bukan tanpa alasan. Ini karena sejak 2022 silam Adith sudah fokus pada program zero waste.
"Pada tahun ini saya mengedepankan konsep 'recycle' (daur ulang) yaitu konsep mengolah kembali sampah menjadi bahan yang dapat digunakan kembali. Dengan ini saya ambil nama koleksi saya Resurrection dalam bahasa Inggris yang berarti Hidup Kembali, yang terbuang dan kembali," ujar Adith saat konferensi pers Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (30/3/2024).
Koleksi busana yang diluncurkan Adith bernuansa biru langit, yang mencerminkan harapan kerinduan masyarakat Indonesia untuk bisa memandang langit biru cerah karena udara yang bersih dari polusi dan akibat kerusakan lingkungan.
Baca Juga: Tampil Beda, Desainer Dana Duriyatna Hadirkan Busana Modest Bermotif Bunga Sakura
Beberapa material bahan daur ulang yang digunakan untuk membuat koleksi ini di antaranya limbah botol plastik daur ulang transparan, kulit limbah interior, hingga busa tambal sulam.
"Tentunya dengan perca dengan bahan dasar duchess liquid, bahan yang biasa digunakan untuk gaun pengantin sejalan dengan konsep slow fashion karena bahan duchess memiliki kualitas yang bagus, proper, kaku dan keras sehingga tidak mudah kusut dan rusak," jelas Adith.
Adapun potongan atau jenis cutting yang digunakan ultra feminim khas tahun 1950-an. Inilah sebabnya saat peragaan busana menunjukan koleksi busana Adith yang ditampilkan berhasil memberikan kesan elegan dan anggun untuk pemakainya.
"Saya mencoba membuat bahan daur ulang ini menjadi sebuah karya seni indah yang dapat dipasarkan dan memiliki kegunaan juga daya pakai," ungkapnya.
Adith bercerita selalu berusaha membuat karya busananya dengan perasaan cinta, termasuk rasa cinta kepada lingkungan sehingga ingin buah tangannya bisa memberikan dampak luas untuk masyarakat.
Baca Juga: Cinta Laura Ajak Generasi Muda Kurangi Polusi Air, Jangan Buang Sampah Botol Plastik
"Meski koleksi ini juga merupakan bentuk keprihatinan, bukan berarti harus mengeluarkan koleksi serba hitam.
Lebih dari itu, saya memanfaatkan platform saya sebagai perancang busana melalui sistem kerja berkelanjutan untuk menjadi perancang yang transformatif," lanjutnya.
Terakhir ia mengingatkan, industri fashion bertanggung jawab terhadap 10 persen emisi gas karbon di dunia. Ini artinya industri fashion menyumbang emisi karbon terbesar kedua setelah industri minyak.
"Tak hanya itu, 12 miliar kilogram sampah pakaian dibuang ke tempat pembuangan sampah setiap tahunnya, dimana pakaian tersebut diproduksi dengan menggunakan bahan yang sangat sulit terurai," pungkas Adith.