Suara.com - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkap kekhilafan partainya hingga mengusung Gibran Rakabuming Raka sebagai Wali Kota Solo.
Tak hanya itu, Hasto juga sempat membandingkan anak sulung Presiden Joko Widodo tersebut dengan sopir truk yang mengalami kecelakaan di Gerbang Tol Halim. Bukan tanpa alasan, Hasto menilai, sopir truk saja seharusnya diemban oleh seseorang dengan usia dan kedewasaan yang cukup, apalagi menjadi Wakil Presiden.
“Karena kedewasaan di dalam mengemban jabatan-jabatan tertentu, untuk sopir truk aja itu berbahaya, apalagi kaitannya dengan mengelola suatu negara sebesar Indonesia dengan problematika yang sangat kompleks,” ungkap Hasto di sebuah diskusi virtual, Sabtu (30/3/2024).
Pasalnya dalam kecelakaan di Gerbang Tol Halim belum lama ini, sang pelaku yakni sopir truknya ternyata masih berusia 18 tahun dan tidak mempunyai SIM. Sopir itu pun mengendarai truknya dengan ugal-ugalan hingga mengakibatkan kecelakaan besar.
Tanggapan Gibran
Sentilan ini jelas sampai ke telinga Gibran. Namun seperti sudah bisa diduga, Gibran memilih untuk menanggapinya dengan santai, bahkan sempat mengucapkan terima kasih lantaran merasa diberi masukan oleh Hasto.
“Emangnya saya nabrak siapa?” jawab Gibran pasca menghadiri peringatan Nuzulul Quran dan Haul Sheikh Zayed Al Nahyan di Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Sabtu (30/3/3024) malam.
“Ya udahlah ngikut Pak Hasto. Terima kasih Pak Hasto atas masukannya,” sambung suami Selvi Ananda tersebut.
Hasto Membantah Ibaratkan Gibran dengan Sopir Truk
Baca Juga: Gerindra Respons Tambahan Menko di Kabinet Prabowo-Gibran: Wajar, Negara Besar Kabinetnya Besar
Menariknya, kini Hasto kembali angkat bicara dan mengaku tak membandingkan Gibran dengan sopir truk pelaku kecelakaan di Gerbang Tol Halim. Namun Hasto tak menampik bahwa dirinya memang menjadikan perilaku tak bertanggung jawab sopir itu sebagai contoh dari ketidakdewasaan dalam berpikir dan bertingkah laku.
“Saya tidak mengibaratkan seperti itu. Saya memberikan contoh ketika menyampaikan pembicaraan, kebetulan ada persoalan sangat serius ketika di dekat pintu Gerbang Tol Halim. Ada sopir truk yang usianya baru 17 tahun, belum punya SIM, dan kemudian mengalami dua krisis,” terang Hasto di Menteng, Senin (1/4/2024).
Hasto kembali mengungkit kronologi kecelakaan, di mana sopir tersebut awalnya menyenggol sebuah kendaraan. “Karena usianya belum cukup di dalam menghadapi problematik, dia langsung ambil jalan pintas mencoba lari. Maka dia gaspol dan malah menciptakan suatu kecelakaan beruntun,” ujar Hasto.
“Artinya untuk sopir truk saja diperlukan kedewasaan,” imbuhnya, yang kemudian dibandingkan dengan beban dan tanggung jawab seorang wakil presiden. Karena itulah menurutnya usia minimal 40 tahun untuk capres dan cawapres sudah sangat ideal.
“Kalau kasus di jalan raya aja menciptakan korban seperti ini, apalagi kalau persoalan-persoalan di tingkat nasional? Jangan-jangan nanti pas rapat kabinet misalnya, sekiranya proses ini tak terbendung karena abuse of power, lebih asyik naik sepeda,” pungkas Hasto.