Suara.com - Isu perubahan iklim telah menjadi fokus perhatian banyak pihak dalam beberapa waktu terakhir. Diperkirakan bahwa kerusakan lingkungan di berbagai tempat menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim.
Menurut Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lenny N. Rosaline, perempuan lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim.
"Perubahan iklim itu tidak netral gender. Perempuan lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim karena adanya peran tradisional gender. Perempuan seringkali masih diharapkan untuk menjalankan peran-peran tradisional seperti mengurus rumah tangga, merawat anak, dan mengelola sumber daya alam," kata Lenny N. Rosaline seperti dikutip dari ANTARA.
Lenny menjelaskan fakktor lain yang menyebabkan rentannya perempuan terhadap perubahan iklim termasuk akses terbatas terhadap sumber daya, keterbatasan mobilitas, dan kondisi sosial ekonomi yang buruk di daerah miskin.
Menurut Lenny, perubahan iklim bukan hanya merupakan isu perempuan, tetapi juga melibatkan laki-laki, anak-anak, dan kelompok rentan lainnya. Namun, perubahan iklim juga memperparah kesenjangan gender.
Rosaline menekankan pentingnya mencapai kesetaraan gender dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Dia juga menyoroti proyeksi dampak perubahan iklim di masa depan, di mana jutaan orang akan terpapar risiko yang meliputi rumah tangga, kelompok rentan, dan populasi secara keseluruhan.
Selain itu, Rosaline mencatat delapan dampak perubahan iklim yang berdampak pada kesenjangan gender, termasuk gagal panen, kelangkaan bahan bakar, kekurangan air, bencana alam, penyebaran penyakit, migrasi penduduk, konflik, dan kemiskinan.