Omzet Gucci Drop, Grace Tahir Ungkap Alasannya Orang Beralih dari Brand Italia Tersebut

Dinda Rachmawati Suara.Com
Kamis, 28 Maret 2024 | 08:22 WIB
Omzet Gucci Drop, Grace Tahir Ungkap Alasannya Orang Beralih dari Brand Italia Tersebut
Grace Tahir (instagram/@gtahirs)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasar barang mewah telah berkembang dalam dekade terakhir. Namun penjualan brand asal Italia Gucci tidak begitu mengesankan dalam beberapa tahun terakhir.

Penjualan Gucci diperkirakan turun 20% pada kuartal pertama karena perlambatan di Asia-Pasifik, menurut pemiliknya, Kering, yang berbasis di Paris.

Peringatan ini berbeda dengan rivalnya LVMH dan Hermès yang penjualannya tetap tangguh.

Gucci diperkirakan mendapatkan lebih dari sepertiga penjualannya dari Tiongkok, yang perekonomiannya sedang terpuruk.

Baca Juga: Lupakan Stres! Temukan Kisah-Kisah Menginspirasi dari 5 Anime Josei ini

Kering mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa peringatan laba tersebut mencerminkan penurunan penjualan yang lebih tajam di Gucci, terutama di kawasan Asia-Pasifik. Perusahaan dijadwalkan melaporkan hasil keuangannya pada 23 April 2024 mendatang.

Lantas apa yang menyebabkan penjualan Gucci menurun di kawasan Asia? Grace Tahir, pengusaha yang juga merupakan Direktur Mayapada Hospital menjawab hal tersebut di akun TikToknya.

Menurutnya, merek mewah bukan cuma soal harganya saja yang mahal tapi juga imej dan persepsi oasar terhadap hak tersebut. Setidaknya ada tiga alasan mengapa penjualan Gucci menurun saat ini.

"Untuk waktu yang lama Gucci itu dikenal sebagai loud luxury, di mana orang pakai Gucci itu adalah apa terkenal dengan logonya, emblemnya, tulisannya, jadi very loud," ucap dia seperti yang Suara.com kutip pada Rabu (27/3/2024).

Namun memasuki tahun ini, banyak orang yang justru mulai berminat pada apa yang disebut quiet luxury, merujuk pada brand mewah yang mementingkan kualitas, kerajinan, dan desain yang elegan tanpa perlu mengumbar kemewahan secara mencolok.

Baca Juga: Adu Gaya La Lembah Manah Vs Ameena, Sama-sama Sudah Kenal Gucci dan Fendi Sejak Dini!

"Tapi tahun ini orang sudah masuk ke dalam quiet luxury di mana barang mahal tetapi tidak ada banyak logo logonya. Contohnya Loro Piana, Bottega Veneta dan lain sebagainya," tambah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Dato Sri Tahir dan Rosy Riady itu.

Alasan lainnya, saat ini Gucci sudah banyak ditiru, alias begitu banyak produk KW-nya yang beredar di pasaran. Di Jakarta saja, begitu banyak koleksi Gucci KW yang bisa didapatkan, bahkan di pasar hingga emPeran sekalipun. Hal inilah yang membuat penjualan Gucci juga makin menurun.

Selain itu, banyak kaum menengah yang awalnya menganggap jika Gucci adalah brand mewah, karena banyak KW akhirnya mereka memilih brand lainnya.

"Ketiga, middle class yang mulai masuk pakai Gucci at first mereka merasa wow it's luxury brand, tetapi karena banyak KW, banyak orang pendatang OKB juga pakai Gucci mereka bilang no, i dont need this anymore. I want to level up," tutup Grace.

Orang akan memikirkan barang yabg lebih mahal lagi, contohnya Dior atau Chanel. Sebab barang mewah bukan cuma masalah harga saja tapi juga imej eksklusifitas yang didapatkan. Seperti halnya Hermes yang telah memiliki hal tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI