Suara.com - Prabowo Subianto kembali mengungkit perihal Anies Baswedan yang memberinya nilai 11 dari 100 atas kinerjanya sebagai Menteri Pertahanan (Menhan). Ia pun turut berterima kasih kepada rivalnya tersebut.
“Walaupun saya sering diejek, dan sering dihina, enggak ada urusan. Saya tadinya agak sedikit syok waktu dinilai 11 dari 100,” ujar Prabowo dalam acara buka bersama di Kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Kamis (21/3/2024).
“Sekarang saya berterima kasih dengan rival-rival saya (Anies dan Ganjar) kemarin itu, semakin mereka mengejek saya, semakin rakyat cinta sama saya,” lanjutnya.
Atas dasar itu, tak sedikit warganet yang menyebutnya baperan atau terlalu membawa perasaan. Bukan hanya itu, latar belakang pendidikan Prabowo pun ikut menuai rasa penasaran. Berikut informasi yang terangkum.
Baca Juga: Gaji PNS, Polisi dan TNI Naik Usai Prabowo Subianto Dilantik Jadi Presiden?
Pendidikan Prabowo Subianto
Prabowo Subianto diketahui sempat mengenyam bangku TK di Sekolah Sumbangsih pada tahun 1956-1957. Namun, saat masuk usia SD-SMA, ia menjalaninya di luar negeri bersama kedua orang tuanya.
Ayahnya merupakan seorang pakar ekonomi dan politikus Partai Sosialis Indonesia. Ia adalah Soemitro Djojohadikoesoemo yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Menteri Keuangan.
Soemitro disebut terlibat dalam menentang pemerintahan Presiden Soekarno bersama Pemerintahan Revolusioner RI di Sumatera Barat. Untuk itu, ia pun memutuskan pergi dan menetap di luar negeri bersama keluarganya.
Sejak saat itu, Prabowo merampungkan pendidikannya di berbagai negara, seperti Malaysia, Singapura, Inggris hingga Swiss. Pengalaman tersebut yang kemudian membuatnya fasih dalam berbagai bahasa.
Prabowo sempat bersekolah di SD The Dean School, Singapura (1957-1960) dan SD Glenealy Junior School, Hong Kong (1960-1962). Lalu, ia melanjutkannya ke SMP Victoria Institute, Malaysia (1962-1964).
Ia juga menjadi murid SMP Zurich International School (1964-1966) dan SMA The American School in London, Inggris (1966-1968). Di sisi lain, usai Soekarno lengser, keluarga Prabowo kembali ke Tanah Air.
Prabowo pun melanjutkan studinya ke Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) di Magelang, Jawa Tengah. Tak hanya formal, ia juga pernah mengikuti sejumlah pendidikan informal.
Sebut saja, Basic course of infantry subdivisions, Commando Course, dan Jump Master. Ada pula Investigation officer course, Free Fall, Counter Terorist Course, GSG-9 Germany, serta Special Forces Officer Course, Ft. Benning USA.
Sementara itu, Prabowo mengawali karier militernya dengan bergabung ke Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassanda). Perlu diketahui, ini merupakan pasukan Angkatan Darat yang menjadi cikal bakal Kopassus.
Saat itu, Prabowo bertugas sebagai komandan pleton pada Grup I/Para Komando yang menjadi bagian operasi Tim Nanggala di Timor Timur. Setelahnya, ia menjabat Wakil Komandan Detasemen Penanggulangan Teror.
Tepatnya di Komando Pasukan Khusus pada tahun 1983. Usai menikah tepatnya pada 1983, karier militer Prabowo kian cemerlang karena ia naik jabatan menjadi Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328.
Lalu, pada 1991, Prabowo menjabat Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17. Ia juga diangkat menjadi Danjen Kopassus dengan pangkat Mayjen pada 1995 dan Pangkostrad pada 1998 dengan pangkat Letjen.
Namun, jabatan itu hanya diemban Prabowo selama dua bulan karena terlibat kasus dugaan penculikan aktivis. Ia pun langsung dicopot dari jabatannya dan digantikan oleh Letnan Jenderal Johny Lumintang.
Berhenti dari militer, Prabowo beralih ke dunia bisnis dan politik. Ia sempat menjadi kader Golkar sebelum akhirnya mendirikan Partai Gerindra. Ia pada 2019 mulai menjabat Menhan dan kini dipastikan menang sebagai presiden.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti