Suara.com - Indonesia memiliki pasar yang sangat besar untuk industri fesyen terus bertumbuh. Hal tersebut diungkap Syahmedi Dean selaku Pengamat Mode, Penulis dan Jurnalis Fesyen dalam acara JF3 Talk baru-baru ini.
Sebab kata dia, Indonesia memiliki 273 juta penduduk dan 10 juta penduduk di Jakarta yang amat potensial bagi pelaku industri fesyen. Tentu jumlah ini kalah jauh jika dibandingkan dengan populasi negara Perancis yang hanya 64 juta jiwa.
"Kalau satu brand menargetkan 0,001 persen penduduk Jakarta menjadi pembelinya, maka posibility-nya tinggi sekali. Dengan angka ini kita harus optimis bahwa ada marketnya. Jangan terpengaruh dengan kampanye brand dari luar yang membuat jadi agak minder," kata Dean.
Belum lagi, menurut Dean, Indonesia memiliki budaya yang sangat erat kaitannya dengan fesyen. Ada berbagai perayaan keagamaan dan budaya yang membuat masyarakatnya membutuhkan baju baru setiap saat.
Mulai dari Idul Fitri, Natal, acara pernikahan dengan undangan yang begitu banyak, dan lainnya. Tentu, hal-hal seperti ini tidak bisa kita temukan pada negara-negara di Eropa atau Amerika.
Sayangnya, Thresia Mareta, Founder of LAKON Indonesia yang juga merupakan Advisor JF3 mengatakan bahwa selama hampir 20 tahun JF3 menjadi pelaku dari ekosistem industri fashion di Indonesia, ia melihat selama ini industri fesyen Indonesia masih jalan di tempat.
"Kami menginisiasi Pintu Inkubator untuk terkoneksi ekosistem fesyen di Paris. Kami melihat bagaimana mereka bekerja dengan standar yang diakui secara internasional. Kami, jadi membandingkan, apa yang dilakukan di sini, dengan apa yang mereka lakukan di sana. Dan, faktanya masih sangat jauh. Namun, itu bukan berarti kita gak bisa. Artinya kita perlu melakukan sesuatu," ungkap Thresia.
Untuk itu, kata Thresia, keinginan JF3, adalah supaya generasi muda di industri fesyen bisa maju di masa yang akan datang. Sehingga menurutnya, ini adalah tanggung jawab bersama semua lapisan, mulai dari jurnalis, desainer, pemilik brand, hingga supporting lainnya.
"Jadi, bagaimana kita bisa mewariskan yang memang bisa bertumbuh di masa depan. Pertanyaannya apa yang bisa kita wariskan kepada mereka dan apakah itu bisa tumbuh di masa depan," tambahnya.
Baca Juga: Jadi Muse Untuk Koleksi Rancangan Desainer Cilik, Ini OOTD Fuji Tampil Kece dengan Gaya Rambut Wavy
Untuk mendukung kemajuan industri fesyen Indonesia, Dean dan Thresia setuju para pelaku harus memiliki strategi khusus, terutama bagi para desainer yang ingin go international.
Dengan populasi dan budaya Indonesia tadi, sebaiknya desainer membidik pasar yang mirip dengan Indonesia. Seperti China, UEI, India, Malaysia yang juga memiliki banyak kegiatan kebudayaan atau perayaan yang membutuhkan busana baru.
Dean juga menyarankan agar para desainer terutama di generasi selanjutnya agar bisa menceritakan mengenai koleksinya secara detail kepada media. Ini perlu dilakukan agar para media memiliki bahan pemberitaan yang lebih mendalam. Sehingga desainer bisa mengenalkan koleksinya pada banyak orang.
"Diharapkan para desainer bisa memperkenalkan koleksinya dengan satu cerita. Ungkapkan pada media apa yang ingin disampaikan dari koleksinya. Juga, saya sarankan agar para desainer menjalin pertemanan secara personal dengan wartawan fesyen. Personal network ini diperlukan untuk menjaga relasi dan nettworking our brand untuk menembus awarness," tutupnya.