Cari Takjil Tidak Cukup Hanya Halal Tapi Juga Harus Thayyib, Begini Penjelasan Habib Jafar

Minggu, 17 Maret 2024 | 17:32 WIB
Cari Takjil Tidak Cukup Hanya Halal Tapi Juga Harus Thayyib, Begini Penjelasan Habib Jafar
Pedagang melayani pembeli makanan di Pasar Takjil Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu (13/3/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hidangan untuk berbuka puasa, atau kerap juga disebut takjil, biasanya mulai disiapkan ketika sudah mulai sore. Selama Ramadan, nampak pedagang aneka jajanan memang terasa lebih banyak. Dalam mencari takjil agar berkah rupanya tidak cukup hanya sekadar halal, tapi juga harus thayyib. 

Pendakwah Habib Husein Jafar menjelaskan bahwa ada makna dan kriteria spesifik agar hidangan bisa disebut halal serta thayyib. Terkait halal, setidaknya ada empat makna yang perlu diketahui umat Islam. 

"(Makanan itu) secara zat dia halal, bukan babi, bukan miras. Meskipun ada soju halal itu tetap haram karena ada dua hal yang bermasalah menurut para ulama di MUI. Pertama bikin orang akhirnya berpikir soju halal aja enak apalagi yang haram. Kedua, bisa membingungkan orang antara yang halal dan haram," jelas Habib Jafar saat tausiah di Masjid Istiqlal beberapa waktu lalu.

Pedagang melayani pembeli makanan di Pasar Takjil Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu (13/3/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]
Pedagang melayani pembeli makanan di Pasar Takjil Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu (13/3/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]

Kemudian makna kedua dari halal ialah cara mendapatkan makanan tersebut. Apabila makanan dibeli menggunakan uang haram atau didapatkan dengan cara mencuri, maka hidangannya menjadi haram. Makna ketiga dan keempat, terkait dengan proses memasak juga cara penyajiannya.

Baca Juga: Hukum Memotong Kuku Saat Puasa Ramadhan, Sah atau Tidak Puasanya?

"Cara memasaknya seperti apa, apakah memakai bahan-bahan yang haram misalnya minyak babi. Keempat itu cara penyajian. Disajikan dengan cara minimal makruh maksimal haram. Atau disajikan bekas makanan haram," terangnya.

Kemudian kriteria thayyib, mengutip dari nasihat ulama Imam Ibnu Katsir, Habib Jafar mengatakan bahwa umat Islam sebaiknya mengonsumsi makanan yang  baik dan lezat. Dikatakan baik artinya bermanfaat terhadap kesehatan, pikiran, serta jiwa. Selain itu juga harus lezat. 

"Saking pentingnya kelezatan makanan dalam Islam, sesuai kriteria thayyib, para ibu dan chef punya privilledge saat puasa boleh merasakan masakan di ujung lidah asal langsung dikeluarkan lagi. Dibolehkan oleh ulama karena lezat bagian dari thayyib, bagian dari kebaikan," pungkasnya.

Orang yg mengendalikan perut akan mulia. Dan dikendaliakn oleh perut harga dirinya tdk lebih dari apa uv keluar dari perutnya yaitu kotoran. Orng yg dikendalikan perut akan rela melakukan apa pun termasuk makan minum yg haram dan tidak tayib. 

Baca Juga: Selain Olahraga, Ini 3 Cara Menjaga Daya Tahan Tubuh Saat Berpuasa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI