Suara.com - Baru-baru ini nama Ratna Sarumpaet menjadi perbincangan usai viral foto dirinya yang mendapat teguran dari Pecalang atau aparat desa di Bali. Ratna Sarumpaet mendapat teguran tersebut karena keluyuran saat masyarakat tengah menjalankan Nyepi.
Kasusnya ini ramai usai akun Facebook Komang Tatto mengunggah foto Ratna Sarumpaet dengan seorang pria yang berada di dalam mobil pada Senin (11/3/2024). Pada foto tersebut, Ratna Sarumpaet tampak dikerubungi dan mendapat teguran aparat desa.
"Ada-ada saja Nyepi di Bali ini. Di Tibubeneng Tandeg," tulis Komang Tatto.
Saat hari Nyepi sendiri, seluruh masyarakat di Bali dilarang untuk ke luar rumah atau melakukan aktivitas. Oleh sebab itu, perilaku Ratna Sarumpaet yang justru jalan-jalan saat masyarakat tengah melakukan Nyepi.
Baca Juga: LEKAT Bersama Mangku Made Suwarya: Makna Nyepi di Tahun Politik
Beberapa warganet juga meminta agar aksinya itu mendapat hukum adat yang setimpal. Pasalnya, seharusnya Ratna Sarumpaet menghargai adat budaya setempat.
Sebab hal ini Ratna Sarumpaet langsung menjadi trending dan perbincangan. Beberapa juga mempertanyakan mengenai sosok dari Ratna Sarumpaet tersebut. Untuk itu, berikut merupakan profil Ratna Sarumpaet.
Profil Ratna Sarumpaet
Lahir pada 16 Juli 1949, Ratna Sarumpaet dikenal sebagai seniman dan aktivis yang aktif. Ia merupakan seniman yang aktif melakukan pertunjukkan panggung teater. Namanya sebagai seniman ini dikenal setelah melakukan pementasan monolog Marsinah Menggugat.
Sementara untuk kegiatan aktivisnya, diketahui berasal dari keturunan. Ratna Sarumpaet lahir dalam keluarga Kristen yang aktif secara politis di Sumatera Utara. Ia merupakan anak dari Saladin Sarumpaet, yang juga pendiri dan politikus Partai Kristen Indonesia (Parkindo). Ayahnya ini juga menjabat Menteri Pertanian dan Perburuhan dalam kabinet Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Sementara sang ibu Julia Hutabarat, seorang aktivis hak-hak wanita.
Baca Juga: Ratna Sarumpaet Bikin Gaduh di Bali, Atiqah Hasiholan Ikut Kena Tegur: Tolong Ibunya Diawasi
Awal mula dirinya menjadi aktivis ini juga setelah adanya kasus Pembunuhan Marsinah, seorang aktivis buruh, pada 1993. Hal itu membuatnya tertarik untuk menjadi aktivis dan menggali kasus pembunuhan Marsinah tersebut.
Ia juga menjadi salah satu aktivis yang ikut menyuarakan demokrasi di zaman Orde Baru Soeharto. Bahkan, ia pernah ditangkap dan dipenjara selama tujuh puluh hari karena disebut menyebarkan kebencian dan menghadiri pertemuan politik "anti-revolusioner". Setelah hal itu, Ratna Sarumpaet terus bergerak menjadi aktivis. Bahkan, Ratna Sarumpaet memiliki organisasi yang dibangunnya, yakni Ratna Sarumpaet Crisis Centre.
Kehidupan pribadi
Besar dengan keluarga Kristen, Ratna Sarumpaet memutuskan untuk pindah agama Islam dan menjadi mualaf. Dirinya dikatakan sudah tertarik pada Islam di masa remajanya. Namun baru menjadi seorang mualaf setelah menikah dengan seorang pengusaha berdarah Arab-Indonesia, Ahmad Fahmy Alhady pada tanggal 25 Juni 1972.
Dari pernikahannya itu, ia dikaruniai empat orang anak yaitu, Mohamad Iqbal, Fathom Saulina, Ibrahim , dan salah satunya menjadi artis yakni Atiqah Hasiholan. Namun, hubungannya dengan suaminya berakhir dengan perceraian pada 23 November 1985.
Hingga saat ini Ratna Sarumpaet diketahui masih aktif melakukan berbagai kegiatannya. Selain kasus Nyepi ini, beberapa kali mertua Rio Dewanto ini juga sempat alami masalah lainnya. Ia pernah terlibat kasus hoaks dan mengaku dianiaya orang tak dikenal di Bandara Husein Sastranegara.