Suara.com - Sikap Prabowo Subianto ketika menjenguk mendiang eks Gubernur Jawa Barat Solihin GP saat masih dirawat di rumah sakit jadi omongan. Pasalnya, Menteri Pertahanan itu justru bernyanyi dihadapan Solihin GP yang telah terbaring kritis di ranjang rumah sakit.
Dari berbagai video yang beredar di media sosial, Prabowo Subianto terlihat didampingi sejumlah orang, termasuk ajudan pribadinya Mayor Teddy. Mereka terekam menyanyikan Mars Siliwangi di hadapan Solihin GP dengan maksud untuk memberikan semangat. Namun, aksi itu langsung tuai kritikan dari publik di media sosial.
Bernyanyi saat menjenguk orang sakit dinilai tidak sesuai adab. Terlebih pasien telah dalam kondisi kritis. Dalam Islam, menjenguk orang sakit bukan hanya menjadi kewajiban, tetapi juga memiliki adab yang perlu diikuti agar mendapatkan berkah dan keberkahan. Solihin GP sendiri diketahui juga menganut agama Islam.
Dikutip dari situs NU Online, orang yang sedang menghadapi kematian dianjurkan untuk melazimkan bacaan kalimat tauhid, “L ilha illallh.” Sejumlah hadits menerangkan keutamaan ucapan kalimat tauhid sebagai kalimat terakhir yang diucapkan seseorang. Rasulullah juga menyebut adanya pahala surga bagi orang yang mengakhiri ucapannya dengan kalimat tauhid.
Baca Juga: Gebrakan Prabowo Sebelum Sah Jadi Presiden: Tak Butuh Hotel BUMN Hingga Rasionalisasi
Rasulullah SAW juga menganjurkan kepada keluarga maupun orang terdekat untuk menuntun kalimat tauhid secara perlahan di telinga orang sekarat yang tidak lagi mampu mengucap kalimat tauhid sendiri.
Ulama memberikan panduan dalam menuntun orang yang sedang sakaratul maut. Menurut mereka, menuntun itu bukan dimaknai sebagai ucapan tauhid yang terus menerus sampai orang yang sekarat mengembuskan nafas terakhir. Melainkan hanya bersifat memastikan kalimat tauhid sebagai ucapan terakhir orang yang sekarat untuk mengejar keutamaan kalimat tauhid.
Meski setelah mengucapkan kalimat tauhid tidak ada kalimat lain dari orang yang sekarat sampai mengembuskan nafas terakhirnya, maka keutamaan kalimat tauhid sudah tercapai. Jadi talqin atau menuntun itu bukan dimaknai sebagai tindakan menghujani orang sekarat dengan kalimat tauhid sebagai pengisi luang sampai ajal tiba.