Suara.com - Beberapa hari belakangan, perbincangan soal program janji kampanye Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming soal makan siang gratis ramai dibahas. Sejumlah masukan dan kritik juga disampaikan beberapa pihak.
Salah satunya disampaikan oleh Dr. dr. Gaga Irawan Nugraha, M. Gizi., Sp.GK(K), seorang dokter spesialis gizi klinik. Ia merekomendasikan agar menu makan siang gratis mencakup lauk berprotein hewani dan sayuran.
Gaga, seorang pengajar di Universitas Padjadjaran, yang ditemui di Jakarta pada Jumat, menyatakan bahwa protein hewani lebih disarankan karena memiliki bioavailabilitas (BA) yang lebih tinggi.
"Protein hewani memiliki tingkat ketersediaan hayati yang lebih tinggi, sehingga lebih mudah diserap dan diolah oleh tubuh," ungkap Gaga seperti dikutip dari ANTARA.
Baca Juga: Perlakuan Prabowo ke Bawahan TNI Diungkap Mantan Ajudan, Minta Uang Orang Tua Demi Ini
Selain itu, protein hewani juga mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap daripada protein nabati. Hal ini sangat penting untuk pertumbuhan anak, karena asam amino esensial mendukung pembentukan sel baru dan perbaikan sel yang rusak.
Asam amino esensial juga berperan dalam perkembangan otak dan produksi sel-sel reproduksi berkualitas, terutama pada wanita hamil dan menyusui.
Gaga merekomendasikan tempe sebagai pilihan protein nabati yang baik, karena telah melalui proses fermentasi sehingga lebih mudah dicerna.
Program makan siang gratis diuji coba di SMPN 2 Curug, Kabupaten Tangerang, Banten, dengan empat menu yang ditawarkan seharga Rp15.000 per porsi. Menurut Gaga, menu siomay mengandung karbohidrat sederhana dan sedikit protein, sementara menu nasi ayam dan nasi semur telur dianggap cukup bergizi, meskipun kurang lengkap tanpa sayuran.
Gado-gado, yang terdiri dari sayuran, bumbu kacang, dan telur, dianggap sebagai pilihan yang baik karena mengandung vitamin dan protein. Gaga menyarankan agar konsumsi protein hewani minimal 50 gram dalam sekali makan, misalnya satu potong ayam atau satu butir telur utuh.
Baca Juga: Prabowo Ingin Olah Singkong Jadi Bensin, BRIN: Singkong Masih Impor!