Perjuangan Jenderal Sudirman dalam merebut kemerdekaan Indonesia membuat namanya sering diabadikan sebagai nama jalan jalan besar di berbagai daerah di Indonesia.
Nama Sudirman pun tersohor sebagai pemimpin peperangan pra kemerdekaan sejak dirinya bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) tahun 1944.
Jenderal Sudirman juga menjadi pencetus perang gerilya saat Agresi Militer II tahun 1948-1949. Selama 6 tahun perjuangannya melawan penjajah, Sudirman pun harus berjuang melawan sakit tuberkolosisnya.
Perjuangan Sudirman pun berakhir di tahun 1950 karena meninggal dunia pada tanggal 29 Januari 1950.
Ia pun dianugerahi pangkat kehormatan Panglima Besar Jenderal Sudirman melalui Keppres No. 44/ABRI/1997.
2. Jenderal Besar TNI (Purn.) Dr. (H.C.) Abdul Haris Nasution
Perwira militer lain yang juga diberikan gelar kehormatan jenderal bintang 5 adalah Jenderal Besar TNI (Purn.) Dr. (H.C.) Abdul Haris Nasution atau A.H Nasution. Ia merupakan ayah dari Ade Irma Nasution yang tewas tertembak dalam kejadian G30S/PKI tahun 1965 silam.
A.H Nasution pun mengawali perjuangannya dengan bergabung sebagai anggota Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) pada tahun 1941 - 1942 sebelum akhirnya bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA) tahun 1942 - 1945.
Perjuangan A.H Nasution dalam bertugas di militer sejak Revolusi Nasional Indonesia, Parlementer hingga Demokrasi Terpimpin. Ia pernah diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat tahun 1949 - 1952. Ia juga didaulat sebagai Panglima AKABRI tahun 1955 - 1959, serta Menteri Pertahanan dan Keamanan Indonesia tahun 1959 - 1966.
Pasca lengsernya Presiden Soekarno dalam kepemimpinannya, A.H Nasution pun diangkat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) di bawah presiden Soeharto.