Dikutip Halodoc, stres berkepanjangan bisa menyebabkan muncul gangguan kesehatan, termasuk rambut rontok yang berujung pada kebotakan. Ada tiga jenis kebotakan yang bisa muncul akibat stres, yaitu:
Alopecia areata
Saat tubuh mengalami stres atau masalah emosional, risiko munculnya alopecia areata menjadi lebih besar. Kondisi ini menyebabkan kebotakan akibat peradangan atau penyakit autoimun. Selain kondisi emosional, ada berbagai hal yang bisa memicu alopecia areata, di antaranya penyakit autoimun, genetik, dan faktor lingkungan.
Kebotakan ini umumnya menyerang kulit kepala, tetapi juga bisa terjadi pada area tubuh lain yang dipenuhi rambut. Kerontokan rambut pada kondisi ini umumnya memiliki pola melingkar dan bersifat progresif. Selain itu, kebotakan juga bisa terjadi secara menyeluruh di area kepala. Hingga kini belum diketahui apa penyebab kondisi ini, tetapi kebotakan diduga terkait dengan stres.
Telogen Effluvium
Rambut rontok sebenarnya adalah hal yang wajar terjadi. Dalam satu hari, umumnya rambut akan rontok sebanyak 100 helai. Namun, ada kondisi tertentu yang bisa membuat seseorang mengalami kerontokan lebih dari itu dan biasanya disertai stres. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah telogen effluvium.
Trikotilomania
Stres bisa membuat seseorang melakukan hal-hal yang mungkin meningkatkan risiko rambut rontok, hal itu disebut dengan trikotilomania. Hal ini menyebabkan pengidapnya terbiasa menarik rambut tanpa disadari. Kebiasaan ini bisa merusak rambut dan mengakibatkan rambut botak karena terlalu sering ditarik.
Kebotakan pada kepala memang tidak berbahaya, tetapi bisa membuat pengidapnya jadi tidak percaya diri. Selain itu, rambut rontok yang terjadi secara berlebihan pun sebaiknya tidak dianggap sepele begitu saja. Bisa jadi, rambut rontok muncul karena ada yang salah dengan kondisi tubuh.