Nisfu Syaban Telah Lewat, Masih Bolehkah Qadha Puasa Ramadhan Tahun Lalu?

Minggu, 25 Februari 2024 | 14:28 WIB
Nisfu Syaban Telah Lewat, Masih Bolehkah Qadha Puasa Ramadhan Tahun Lalu?
Ilustrasi Puasa (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bulan Ramadhan akan tiba kurang dari satu bulan lagi. Puasa di bulan Ramadhan termasuk salah satu ibadah wajib yang harus dilakukan oleh seluruh umat Islam yang sudah akil baligh. Sehingga, apabila berhalangan puasa saat bulan Ramadhan, maka wajib lakukan qadha puasa di hari lain.

Namun, kapan hari terakhir boleh mengganti puasa Ramadhan tahun lalu yang sempat batal?

Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) Alhafiz Kurniawan menjelaskan bahwa tidak ada batas waktu mengganti utang puasa Ramadhan di bulan Sya’ban. Hal itu berlaku untuk orang-orang yang membatalkan puasa karena ada uzur, seperti sakit, dan hal-hal lain sehingga harus mengganti di bulan lain.

Dikutip dari situs NU Online, Hafiz mengatakan kalau qadha puasa Ramadhan boleh dilakukan hingga akhir bulan Sya’ban. Tahun ini, akhir bulan Sya'ban diperkirakan jatuh pada 10 Maret 2024. 

Baca Juga: Shalat Nisfu Syaban Berapa Rakaat? Ini Aturan, Niat dan Tata Caranya

Akan tetapi, tambah Hafiz, sebagian ulama megharamkan lakukan qadha puasa setelah lewat Nisfu Sya’ban sebagai antisipasi masuknya bulan Ramadhan. Sementara itu, Nisfu Sya’ban tahun ini telah lewat pada Sabtu (24/2) kemarin.

Hafiz juga menerangkan hal lain terkait qadha puasa. Dalam tulisannya di NU Online berjudul Hukum Telat Qadha Puasa hingga Ramadhan Berikutnya Tiba, ia menjelaskan bagi orang yang membatalkan puasanya demi orang lain seperti ibu menyusui atau ibu hamil; dan orang yang menunda qadha puasanya karena kelalaian hingga Ramadhan tahun berikutnya tiba mendapat beban tambahan.

“Keduanya diwajibkan membayar fidyah di samping mengqadha puasa yang pernah ditinggalkannya,” terang Hafiz.

Ia juga mengingatkan bahwa beban fidyah itu terus muncul seiring pergantian tahun dan tetap menjadi tanggungan orang yang yang berutang puasa.  Hal itu ia kutip dari keterangan Syekh M Nawawi Banten dalam kitab Kasyifatus Saja ala Safinatun Najah halaman 114.

“Dari keterangan Syekh Nawawi Banten ini, kita dapat melihat apakah ketidaksempatan qadha puasa hingga Ramadhan berikutnya tiba disebabkan karena sakit, lupa, atau memang kelalaian menunda-tunda. Kalau disebabkan karena kelalaian, tentu yang bersangkutan wajib mengqadha dan juga membayar fidyah sebesar satu mud untuk satu hari utang puasanya,” jelas Hafiz.

Baca Juga: Puasa Setelah Nisfu Syaban, Bolehkah? Ini Hukum dan Aturannya


Sebagaimana diketahui, satu mud setara dengan 543 gram menurut Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah. Sementara menurut Hanafiyah, satu mud seukuran dengan 815,39 gram bahan makanan pokok seperti beras dan gandum.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI