Profil Imam Shamsi Ali yang 'Labrak' Orang Dekat Prabowo Gegara Disentil Tak Layak Dipanggil Ustaz!

Riki Chandra Suara.Com
Kamis, 22 Februari 2024 | 14:20 WIB
Profil Imam Shamsi Ali yang 'Labrak' Orang Dekat Prabowo Gegara Disentil Tak Layak Dipanggil Ustaz!
Muhammad Syamsi Ali atau Imam Shamsi Ali. (dok pribadi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Imam Islamic Center of New York, Amerika Serikat, Shamsi Ali, sedang jadi buah bibir. Semua sejak ia menyatakan dukungan terhadap Capres-Cawapres Nomor Urut 1, Anies-Muhaimin.

Imam Shamsi Ali bahkan terlibat beradu argumen keras dengan tim-tim Prabowo-Gibran. Salah satunya dengan Dahnil Anzar Simanjuntak, salah satu orang dekat Prabowo yang juga Juru Bicara TKN Prabowo-Gibran.

Lantas, siapa Shamsi Ali? Berikut profil ringkasnya.

Shamsi Ali memiliki nama lengkap Muhammad Shamsi Ali. Ia lahir di Bulukamba, Makassar, Sulawaesi Selatan, pada 5 Oktober 1967.

Di Amerika Serikat, Shamsi Ali mengabdi di sebuah yayasan dan masjid di kawasan timur New York sebagai Direktur Jamaica Muslim Center.

Shamsi Ali dikenal sebagai Imam Islamic Center New York, AS. Ia memiliki bangunan pondok pesantren bernama pesantren Nusantara Madani di kota kecil Moodus, Connecticut, Amerika Serikat.

Shamsi menempuh pendidikan di SD di Desa Lembanna, Kecamatan Kajang, Bulukamba, Sulawesi Selatan. Ia juga mengenyam pendidikan pesantren di Pondok Pesantren Muhammadiyah Darul-Arqam Makassar dan lulus tahun 1987.

Shamsi Ali mendapatkan beasiswa bidang Tafsir di Universias Islam Internasional, Islamabad, Pakistan. Beasiswa itu didapatkannya dari Rabithah Alam Islami.

Dia tamat S1 pada tahun 1992 dan melanjutkan pendidikan S2 bidang Perbandingan Agama di Universitas yang sama.

Itulah sedikit tentang sosok Imam Shamsi Ali.

Balas Sentilan Dahnil Anzar Simanjutak

Shamsi Ali, membalas 'serangan' Dahnil Anzar Simanjuntak yang menyebut dirinya tak pantas dipanggil ustaz.

Lewat akun media sosial X @ShamsiAli2, Imam Shamsi Ali mengatakan bahwa panggilan ustaz bukanlah pemberian. Gelar itu hanya pengakuan dari orang lain.

"Bung Dahnil, Ustadz itu bukan pemberian. Itu pengakuan. Yang mau akui silahkan. Yang tidk juga tidak penting," katanya dikutip Rabu (21/2/2024).

Menurut Imam Shamsi Ali, paling penting dalam sebutan ustaz itu adalah substansi keustadzannya. Hal itu ada pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

"Bukan pada 'kepentingan'. Aktualnya pada amar ma’ruf Nahi mungkar. Di situ Ustadznya seseorang. Dia Tidak pragmatis," sambungnya.

Dalam cuitan selanjutnya, Imam Shamsi Ali pun mempertanyakan apa yang salah dari postingannya hingga dikomentari keras oleh Dahnil.

"Kalau postingan saya dianggap salah, bantah saja dengan fakta. Bukan tuduhan-tuduhan. Sama dengan film dokumentar Dirty Vote, mana bantahan substansinya? Yang ada tuduhan dan ancaman. Diakui atau tidak, memang pilpres ini mengalami kecurangan dan manipulasi TSM. Hasilnya tidak kredibel," katanya lagi.

Sebelumnya, Juru Bicara TKN Prabowo-Gibran, Dahnil Anzar Simanjuntak, geram terhadap Imam Shamsi Ali. Hal itu dipicu postingan sang ustaz di akun X mengenai program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Dalam postingannya, Imam Shamsi Ali mengunggah potongan video Rahayu Saraswati saat berbicara di televisi mengenai program makan siang gratis Prabowo-Gibran.

Di video itu, Rahayu, yang merupakan keponakan Prabowo, mengatakan, bahwa program makan siang gratis dilakukan secara bertahap.

Menurut Rahayu, penerima manfaat program makan siang gratis sebanyak 82,9 juta orang ini baru terkover semuanya di tahun 2029.

Imam Shamsi Ali memposting potongan video ini sambil menyematkan icon tertawa sampai menangis sebanyak tiga kali.

"Bang Shamsi, maaf saya tidak panggil ustadz, karena agaknya sudah tak pantas, anda menyebar potongan statement @RahayuSaraswati yang tak selesai, anda ikut menebar disinformasi," ujar Dahnil dalam cuitannya di X.

Menurut Dahnil, Shamsi Ali sama sekali tidak punya tradisi tabayun tapi justru dipenuhi rasa benci dan dendam terhadap Prabowo-Gibran.

"Anda sama sekali tidak punya tradisi tabayun. Tapi dipenuhi dengan benci dan dendam," ujar Dahnil Anzar Simanjuntak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI