Suara.com - Belakangan ini nama komedian Komeng masih santer menjadi perbincangan publik. Lantaran ia diprediksikan akan lolos untuk menduduki kursi DPD RI Dapil Jawa Barat, mengingat ia mendapat suara tertinggi.
Di sisi lain, tentu publik dibuat penasaran dengan awal mula Komeng memutuskan untuk terjun ke dunia politik.
Siapa sangka, sosok Bing Slamet lah yang menjadi salah satu hal untuk ia perjuangkan di kursi DPD nanti. Ia merasa selama ini sangat sulit untuk meminta bahwa pada tanggal 27 September menjadi Hari Komedi Nasional.
Lantas bagaimana sih sosok Bing Slamet? Berikut penjelasannya.
Baca Juga: Komeng Buktikan Nyaleg Tanpa Kampanye Besar-Besaran, Tepis Politik Mahal?
Sosok Bing Slamet
Bing Slamet memiliki nama asli Achmad Syech Albar. Ia adalah maestro pelawak dan seniman serba bisa yang populer pada era 1960 hingga 1970-an.
Jiwa seniman pria kelahiran Cilegon, 27 September 1927 ini sudah terbentuk sejak belia. Pada tahun 1939, saat masih berusia 12 tahun, dia mengikuti Orkes Terang Bulan yang dipimpin Husin Kasimun.
Kedua orangtua Bing mendambakan sang putra meneruskan pendidikan untuk menjadi dokter maupun insinyur. Namun, tekadnya bulat untuk mengabdikan diri di dunia seni.
Seniman ini pernah tergabung dengan Divisi I Brawijaya sebagai barisan penghibur. Di sinilah, kemampuan lawak dan musiknya terbentuk hingga akhirnya pada 1949, Bing sukses mengisi soundtrack film ‘Menanti Kasih’.
Baca Juga: Tak Setajir Raffi Ahmad Ataupun Sule, Harta Komeng Ternyata Pernah Membuatnya Jadi Komedian Terkaya
Karier bermusiknya meroket saat membentuk sebuah grup musik bernama Eka Sapta pada 1963. Selain itu, ia juga membentuk grup lawak yang bernama Kwartet Jaya.
Bing mampu membagi konsentrasi antara bermusik, melawak, hingga berakting. Setelah menjejakkan kaki di dunia seni peran sejak 1950-an, tercatat ada sekitar 20 film layar lebar yang dibintanginya.
Film yang dibintangi sang maestro lawak ini di antaranya adalah Solo di Waktu Malam (1952), Bing Slamet Tukang Betjak (1959), Bing Slamet Setan Djalanan (1972), Bing Slamet Koboi Cengeng (1974).