Suara.com - Majunya Prabowo Subianto menjadi capres 2024 membuat kisah cintanya dengan Titiek Soeharto ikut disorot. Terlebih setelah beredarnya video Titiek Soeharto membahas soal kemungkinan rujuk.
Dalam sebuah video yang viral, Titiek Soeharto tak membantah ataupun membenarkan kabar akan rujuk. Putri keempat Soeharto itu hanya mengatakan bahwa hubungannya dengan Prabowo selalu terjaga dengan baik.
"Enggak usah kok rujuk, kita nih hubungannya baik. Tidak pernah ada perselisihan atau apa. Enggak seperti yang di infotainment kalau ada orang bercerai harus selisih-selisih atau ribut apa," kata Titiek Soeharto ketika wawancara dengan Aiman Witjaksono, dikutip pada Kamis (15/2/2024).
"Kita enggak pernah ribut. Kita selalu satu suara. Saya punya anak, kita saling sama-sama membesarkan anak saya dan kita selalu komunikasi. Orang tidak pernah berantem, jadi enggak ada istilah rujuk," sambungnya.
Baca Juga: Momen Pendukung Lindungi Gambar Prabowo-Gibran dari Sengatan Matahari di TPS
Terlepas dari pengakuan Titiek Soeharto ini, apa sebenarnya alasan dirinya bercerai dengan Prabowo Subianto?
Titiek Soeharto diketahui menikah dengan Prabowo pada tahun 1983. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai seorang anak yang diberi nama Ragowo Hediprasetyo Djojohadikusumo atau Didit Hediprasetyo.
Sayangnya rumah tangga Prabowo dan Titiek Soeharto hanya bertahan 15 tahun. Beragam sumber menyebutkan Prabowo dan mantan istrinya berpisah pada tahun 1998 silam.
Kisah perceraian Titiek pernah dibahas dalam buku "Jejak Perlawanan Begawan Pejuang" yang ditulis oleh ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusumo.
Kabarnya semua berawal di tahun 1995 di mana hubungan keluarga Sumitro dan Soeharto mulai merenggang. Saat itu, Sumitro sering mengkritik kebijakan yang dibuat oleh Soeharto.
Baca Juga: Unggul di Quick Count, Nusron Wahid Instruksikan Timses Tidak Jumawa
Salah satu kritik yang dilayangkan Sumitro dan membuat Soeharto marah adalah terkait dugaan kebocoran dana pembangunan sebesar 30 persen. Memanasnya hubungan Sumitro dan Soeharto akhirnya merembet ke ranah keluarga.
Saat Soeharto lengser pada Mei 1998, keluarga Cendana bahkan menuding Prabowo terlibat dalam aksi tersebut. Kala itu Prabowo menjabat sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) dan dinilai punya peran penting dalam mengantisipasi kericuhan massa.
Keluarga Cendana mempermasalahkan sikap Prabowo yang dituduh membiarkan para mahasiswa menguasai gedung MPR/DPR. Tuduhan ini ditanggapi Prabowo dengan mengatakan jika ada di sana apakah dirinya harus menembaki para mahasiswa.
Prabowo kemudian diumumkan cerai dengan Titiek bersamaan dengan gejolak politik ini. Namun sampai sekarang belum diketahui secara pasti alasan sebenarnya keduanya memutuskan untuk berpisah.