Suara.com - Film Dirty Vote bikin heboh karena diluncurkan 2 hari jelang pemilihan umum alias Pemilu 2024, saat masyarakat Indonesia akan memilih presiden, wakil presiden, serta anggota legislatif. Isi film ini ternyata dipermasalahkan oleh sebagian orang, hingga akhirnya dilaporkan ke Mabes Polri.
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Forum Komunikasi Santri Indonesia (Foksi) akan melaporkan sutradara Dandhy Laksono dan tiga ahli hukum tata negara dalam film Dirty Vote, yakni Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari, ke Mabes Polri.
Menurutnya adanya film tersebut telah merugikan salah satu paslon dalam Pilpres 2024. Ia menduga ada pelanggaran pemilu yang dilakukan oleh keempat orang tersebut jelang hari pencoblosan.
Lalu, apa sih peran dan fungsi sutradara dalam sebuah film? Kenapa ia disebut sosok paling bertanggung jawab?
Baca Juga: Dirty Vote Tembus 15 Juta Lebih Penonton, Ini 3 Link Film yang Bikin Gerah Segelintir Pihak
Laman The British Film Institute menjelaskan bahwa peran sutradara bagaikan nahkoda yang mengarahkan kapal besar bernama film. Ia bertanggung jawab atas seluruh aspek kreatif, mulai dari menginterpretasi naskah, membangun visi artistik, hingga memimpin kru dan pemain dalam mewujudkan cerita.
Lebih dari sekadar komandan, sutradara adalah seorang pemimpin inspiratif. Ia mampu menerjemahkan ide abstrak menjadi gambar hidup, memotivasi timnya, dan menciptakan atmosfer kreatif yang kondusif. Sutradara juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik untuk menjalin kerjasama yang solid dengan seluruh kru.
Tugas sutradara tidak berhenti di situ. Ia juga harus memiliki pengetahuan teknis yang mumpuni, seperti sinematografi, editing, dan tata suara. Kemampuan ini penting untuk memastikan kelancaran proses produksi dan kualitas film yang dihasilkan.
Profil Dandhy Laksono Sutradara Dirty Vote
Ditelusuri dari beberapa sumber pada Selasa (13/2/2024), Dandhy Laksono ternyata memiliki latar belakang yang cukup menarik. Selain sebagai sutradara, ia memiliki profesi sebagai jurnalis.
Baca Juga: Cuitannya Tentang Dirty Vote Dilaporkan, Cak Imin Tunjukkan Reaksi Santai
Lebih berfokus pada jurnalisme investigasi, karya-karya Dandhy biasanya tidak hanya dituang ke dalam tulisan. Beberapa kali, ia menuangkan hasil investigasi melalui film dokumenter.
Sebelum terjun ke dunia jurnalisme pada 1990, Dandhy Laksono pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Ia adalah alumni dari jurusan ubungan Internasional di Universitas Padjajaran.
Selain itu, Dandhy Laksono beberapa kali mengenyam pendidikan non formal. Ia pernah belajar di Ohio University untuk Internship Program on Broadcast Journalist Covering Conflict, Amerika Serikat (2007).
Dandhy Laksono juga pernah mengikuti program pendidikan non formal lainnya di Inggris. Program tersebut adalah British Council Broadcasting Program, di London (2008).