Profil Ari Dwipayana dan Pratikno: Dikritik Keras Mahasiswa UGM, Diminta Pulang ke Jalan Demokrasi

Ari Dwipayana dan Pratikno diminta pihak UGM untuk kembali ke jalan yang benar sebagaimana seorang akademisi. Hal ini lantas membuat profil keduanya ikut dicari.
Ari yang juga menjabat Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat KAGAMA disebut-sebut sempat merancang pidato Jokowi saat Pelantikan Presiden. Deklarasi di Pelabuhan Sunda Kelapa itu rupanya tak lepas dari sumbangsih pemikirannya.
Profil Pratikno
![Menteri Sekretaris Negara, Pratikno. [dok. Setneg]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/10/26/79383-menteri-sekretaris-negara-pratikno.jpg)
Pratikno adalah Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) yang menjabat sejak tahun 2014 sampai saat ini. Ia lahir di Bojonegoro pada 13 Februari 1962 dan mengenyam pendidikan SD hingga SMA di tempat kelahirannya tersebut.
Ia pun melanjutkan studi S1 Ilmu Pemerintahan di UGM dan lulus pada tahun 1985. Setelah itu, Pratikno menyelesaikan S2 Development Administration di University of Birmingham, Inggris pada tahun 1991.
Baca Juga: H-2 Lebaran, Arus Mudik di Bandara Soekarno-Hatta Mulai Menurun
Pratikno kemudian mengambil program S3 Political Science di dua tempat, yakni Flinders University, Australia dan UGM. Sebelum menjadi Mensesneg, ia lebih dulu berkarier sebagai Rektor UGM. Tepatnya untuk periode 2012-2014.
Jauh dari sana, yakni pada tahun 2003, Pratikno turut dipercaya menjabat posisi lain di UGM. Di mana saat itu ia menjadi Direktur dan Pengajar Program S2 untuk Prodi Ilmu Politik Konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi Daerah.
Respons Ari Dwipayana

Ari Dwipayana merespon pernyataan dari pihak UGM itu. Ia mengucapkan terima kasih dan memahami perbedaan pendapat di masyarakat maupun tokoh akademik. Menurutnya, hal ini adalah gambaran demokrasi yang sehat.
"Terima kasih atas 'surat cinta' adik-adik mahasiswa (UGM) kepada saya dan Prof Pratikno," ujar Ari Dwipayana kepada wartawan, Selasa (13/2/2024).
Baca Juga: WFA Jadi Kunci Sukses Urai Kepadatan Mudik Lebaran 2025? Menko PMK Ungkap Faktanya
"Dalam masyarakat akademik, kritik dan perdebatan adalah sesuatu yang menyehatkan. Karena itu kita harus terus menjaga budaya akademik dengan pemikiran yang kritis, terbuka, menghargai keragaman perspektif, disertai semangat kontribusi bagi kemaslahatan bersama," lanjutnya.