Punya Kain Batik Sebaiknya Dipotong atau Enggak Sih?

Selasa, 13 Februari 2024 | 11:10 WIB
Punya Kain Batik Sebaiknya Dipotong atau Enggak Sih?
Ilustrasi Batik (Freepik/setyoadhipamungkas)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kain batik terkadang kurang dianggap sebagai fashion item, seperti layaknya baju atau celana. Lantaran bentuknya yang masih menjadi kain, penggunaannya pun hanya ketika momen tertentu. Meski begitu, tak sedikit pula yang memotong kain tersebut untuk dijadikan kemeja. 

Tapi sebenarnya mana yang lebih baik dalam penggunaan kain batik? Apakah memang seharusnya dibiarkan tetap menjadi kain atau tak masalah bila dipotong?

Pemerhati batik Dave Tjoa berpendapat, keputusan itu bisa ditentukan dengan melihat bentuk dari kain batik tersebut. 

"Kita perlu lihat dulu kalau kain ini sangat langka, lebih baik jangan dipotong karena memiliki nilai investasi. Tapi kalau misalnya batik baru, misalnya beli batik tulis baru harganya Rp 300 ribu, Rp 500 ribu, itu mau dipotong silahkan. Karena memang kegunaannya untuk dibuat pakaian," saran Dave, saat berkunjung ke kantor suara.com di Jakarta beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Tinjau Galeri Batik Bersejarah di Banyumas, Puan Dorong Regenerasi Pembatik

Ilustrasi Batik(Pixabay/DukeAsh)
Ilustrasi Batik(Pixabay/DukeAsh)

Meski usia kain batik cenderung lawas, Dave menyarankan, perlu juga memperhatikan motifnya. Meski kain telah berusia puluhan tahun namun motifnya terbilang umum dan masih banyak dijual, menurut Dave, tak masalah bila diubah menjadi bentuk pakaian. Akan tetapi, masih ada nilai kualitas dari kain lawas tersebut yang masih bisa diperhatikan. 

"Namanya pembuatan tahun dulu dan tahun sekarang otomatis sudah tidak bisa didapatkan. Dari segi kehalusan sudah beda, walaupun batik motif umum," ujarnya.

Kain batik asli, dalam artian dibuat menggunakan canting, cairan malam, dan dengan proses manual menggunaan tangan manusia, prosesnya memang tidak pernah berubah sejak zaman dulu hingga sekarang. Konsistensi proses itu lah, kata Dave, yang menjadi nilai serta kualitas dari batik. 

Dia menegaskan kalau suatu kain hanya bisa disebut sebagai batik bila proses pembuatannya menggunakan cantik dan cairan malam. Pembuatan batik yang diakui secara global juga hanya ada batik tulis, batik cap, dan batik cap tulis. Di luar dari itu dia menegaskan tidak bisa disebut batik. 

"Batik itu dikenal dengan prosesnya kalau salah satu proses tidak ada belum tentu itu artinya batik," ujarnya.

Baca Juga: Mengungkap Arti Batik Presiden Jokowi saat Foto Bareng Prabowo Subianto, Kekuasaan sekaligus Keragaman?

Selama ratusan tahun lalu hingga era sekarang, Dave menyebut, kalau yang berkembang dari batik sebenarnya hanya motifnya saja. Sementara proses pembuatannya masih sama sejak dulu. 

"Karena saya membatik juga jadi saya mengerti proses batik itu, dari dulu sampai sekarang prosesnya sama. Maka kita mempertahankan terus sampai ke anak cucu lagi ke depan supaya budaya batik ini nggak punah. Setelah sekian ratus tahun terjaga jangan sampai sekian ratus tahun ke depan hilang," kata Dave.  

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI