Suara.com - Puan Maharani secara simbolis memberikan wayang Wisanggeni kepada Ganjar Pranowo. Momen ini terjadi pada acara kampanye akbar calon presiden dan wakil presiden nomor urut 03 yang digelar pada Sabtu (10/2/2024).
Ketua DPR RI itu memberikan wayang tersebut bukan sekadar cuma-cuma. Melainkan karena wayang tersebut mencerminkan sikap ksatria, pemberani, tegas, dan suka menolong.
"InsyaAllah Jawa Tengah tetap kandang banteng," kata Puan Maharani usai memberikan wayang Wisanggeni kepada Ganjar Pranowo, dikutip Senin (12/2/2024).
Atas hal ini, mungkin ada sejumlah pertanyaan yang mengawang-awang di benak publik terkait dengan tokoh wayang Wisanggeni. Lantas, seperti apa sosoknya?
Wisanggeni merupakan tokoh pewayangan yang ada dalam tradisi Jawa Nuswantara. Tokoh pewangan ini tidak muncul dalam naskah Mahabharata karya Krishna Dwaipayana Byasa.
Dalam kisah pewayangan Jawa, Wisanggeni dikenal sebagai putra Arjuna dan Batari Dresnala. Ibunya adalah seorang bidadari turunan Batara Brama dan Dewi Saraswati.
Secara fisik Wisanggeni digambarkan sebagai sosok yang terkesan sombong. Namun, memiliki hati yang baik dan suka menolong orang lain yang tertimpa kesulitan.
Wisanggeni dalam kisahnya tak tinggal bersama para Pandawa, melainkan berada di Kahyangan Sanghyang Wenang. Kendati demikian, ia disebut-sebut memiliki kesaktian melebihi putra-putra para Pandawa.
Dalam hal bertutur kata, Wisanggeni tidak pernah berbicara menggunakan bahasa krama atau Jawa halus kepada orang lain, kecuali kepada Sanghyang Wenang.
Baca Juga: Singgung Buzzer Dan RP, Cuitan Alam Ganjar di Masa Tenang Curi Perhatian
Lebih lanjut, Wisanggeni dikisahkan meninggal dunia menjelang meletuskan Perang Baratayuda. Kala itu, Wisanggeni bersama Antasena meminta restu kepada Sanghyang Wenang untuk bergabung ke pihak Pandawa.
Namun, Sanghyang Wenang meramalkan Pandawa akan menerima kekalahan apabila Wisanggeni dan Antasena bergabung ke pertarungan. Oleh karena itu, keduanya memutuskan untuk tak kembali ke perkemahan Pandawa.
Wisanggeni dan Antasena merelakan dirinya menjadi tumbal demi kemenangan Pandawa di Perang Baratayuda. Keduanya mengheningkan cipta dan kemudian musnah bersama jasadnya masing-masing.