Suara.com - Film berjudul Dirty Vote membuat kondisi Pemilu dan Pilpres 2024 menjadi makin panas. Sosok di balik film tersebut tak lain adalah sutradara kondang bernama Dandhy Dwi Laksono.
Melalui film Dirty Vote, Dandhy Laksono berupaya mengungkap kebobrokan oknum penguasa yang sengaja menyalahgunakan konsitusi untuk berkuasa.
Film tersebut juga turut menggandeng Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar yang ikut membongkar kebobrokan menjelang Pilpres 2024.
Ternyatam Dirty Vote bukan satu-satunya hasil kenekatan Dandhy.
Baca Juga: Tanggapi Film Dirty Vote, Anies: Hati-Hati Rakyat Marah!
Berikut profil dan biografi Dandhy Laksono.
Dandhy Laksono: Sosok sutradara Dirty Vote
Jauh sebelum ada film Dirty Vote, publik juga sempat dibuat gaduh dengan film Sexy Killersyang mengangkat soal industri tambang batu bara.
Film tersebut digarap oleh Dandhy Laksono menjelang Pilpres 2019 dan mendapatkan reaksi yang sama dengan Dirty Votelantaran dirilis menjelang Pesta Demokrasi.
Sebelum terjun dalam dunia perfilman secara, Dandhy bekerja di bawah beberapa stasiun televisi ternama seperti SCTV dan RCTI.
Dandhy juga sempat bekerja di bawah ABC Radio yang berpusat di Negeri Kangguru.
Bukan cuma itu, Dandhy pernah memimpin situs acehkita.com yang menjadi salah satu kanal informasi saat Konflik Aceh.
Setelah berkarier di beberapa media, Dandhy akhirnya memilih untuk menekuni perfilman dan menyutradarai beberapa dokumenter kontroversial.
Berikut biodata Dandhy Laksono yang dihimpun oleh tim Suara.com:
- Nama lengkap: Dandhy Dwi Laksono
- Nama panggilan: Dandhy
- Tempat, tanggal lahir: Lumajang, Jawa Timur, 29 Juni 1976
- Profesi: Jurnalis, Produser, Sutradara
- Istri: Irna Gustiawati (pemimpin redaksi Liputan6.com)
Dirikan WatchdoC sampai pernah dibui
Dandhy bersama rekannya, Andhy Panca Kurniawan mendirikan sebuah studio bernama WatchDoC untuk memproduksi berbagai konten audio dan visual.
Melalui rumah produksi yang ia dirikan bersama Panca, Dandhy berhasil menelurkan 125 episode dokumenter dan 540 feature televisi.
WatchDoC juga akhirnya memperoleh penghargaan internasional melalui Ramon Magsaysay Award 2021 untuk kategori Emergent Leadership in Organisation.
Karier Dandhy tak luput dari beberapa kontroversi, dan Dirty Votebukan satu-satunya kontroversi yang pernah dituai oleh sosok sutradara ini.
Dandhy sempat dituding sebagai biang kerok provokator saat menulis pendapatnyaa di Twitter terkait kerusuhan di Papua dan Wamena pada September 2019.
Ia dijatuhi hukuman kurungan penjara lantaran melanggar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2018 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Andhy Panca sempat menceritakan bagaimana Dandhy sempat digeret ke kantor polisi lantaran cuitan yang ia buat di Twitter.
"Ada tamu menggedor-gedor pagar rumah, lalu dibuka oleh Dandhy. Tamu dipimpin Bapak Fathur mengatakan membawa surat penangkapan karena alasan posting di sosial media Twitter mengenai Papua," beber Andhy Panca Kurniawan.
Berikut bunyi kicauan yang membuat Dandhy dibui:
"JAYAPURA (foto 1), Mahasiswa Papua yang eksodus dari kampus-kampus di Indonesia, buka posko di Uncen. Aparat angkut mereka dari kampus ke Expo Waena. Rusuh. Ada yang tewas," cuit Dandhy.
"WAMENA (foto 2), Siswa SMA protes sikap rasis guru. Dihadapi aparat. Kota rusuh. Banyak yang luka tembak," lanjutnya.
Kontributor : Armand Ilham