Di era Jokowi, ia juga pernah dipercaya menjadi Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi. Tim Anti Mafia Migas ini bekerja 6 bulan untuk menyelidiki praktik impor BBM di tubuh anak usaha Pertamina, yaitu Petral.
Sementara itu, Luhut pernah belajar di SD Yayasan Cendana milik perusahaan minyak tempat ayahnya bekerja, yakni Caltex. Begitu lulus, ia melanjutkan pendidikannya ke SMP Yayasan Cendana dan SMAN 1 Pekanbaru.
Namun, ia dipindahkan ke SMA Penaburan, Bandung. Adapun saat G30S PKI pecah, Luhut ikut menyuarakan aksinya dalam menentang PKI dan pemerintahan orde lama melalui Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI).
Baru di tahun 1967, Luhut mendaftarkan diri sebagai prajurit TNI melalui Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) dan diterima. Ia pun diberikan Adhi Makayasa karena menjadi lulusan terbaik pada 1970.
Setelah itu, Luhut mengikuti Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (SUSSARCABIF) dan kembali menjadi lulusan terbaik. Hal ini juga diterimanya usai menjalani Kursus Komando hingga diberi Sangkur Perak Komando.
Luhut pun tercatat mengikuti beberapa kursus lainnya. Mulai dari Kursus Lintas Udara yang turut diberi penghargaan Trophy Payung Emas, Kursus Lanjutan Perwira/SUSLAPA I, hingga Kursus Lanjutan Perwira/SUSLAPA II.
Lalu, ia juga pernah mengikuti pendidikan di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SESKOAD) dan Sekolah Staf Dan Komando ABRI (SESKO ABRI). Tak lupa pula Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS).
Selain di bidang militer, Luhut juga mengenyam pendidikan lain. Ia diketahui merupakan lulusan Masters in Public Administration, George Washington University, dan National Defense University, Amerika Serikat.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti
Baca Juga: Para Menteri yang Diisukan Mundur Ditakut-takuti Masalah Hukum