Suara.com - Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo menyebutkan nama Kalis Mardiasih saat menyampaikan visi misi dalam segmen pertama Debat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center, Minggu (4/2/2024) malam.
"Kalaulah kemudian ini bisa berjalan dengan baik, maka perempuan muda dari Jogja, Mbak Kalis namanya, menyampaikan 'Pak Ganjar, perhatikan mereka yang selama ini terpinggirkan'," ucap Ganjar Pranowo.
Lebih lanjut, Ganjar mengatakan bahwa ada dua kelompok utama yang harus diperhatikan, yaitu perempuan dan pengandang disabilitas.
Mendengar namanya disebut oleh capres nomor urut 3 itu, Kalis langsung bereaksi melalui akun X miliknya.
Baca Juga: Anies Paling Viral di X Twitter saat Debat Capres, Banyak Sentimen Positif
"Ya Allah lagi ngetwit mau dengerin visi misi malah disebut Ya Allah Pak aku langsung ga fokus," tulis Kalis.
Lantas, siapa sosok Kalis Mardiasih yang disebut Ganjar Pranowo?
Kalis Mardiasih merupakan sosok pemerhati isu perempuan di media sosial. Ia lahir pada 16 Februari 1992.
Selain menjadi aktivis, Kalis juga merupakan seorang penulis yang telah menerbitkan dua buku, yaitu Hijrah Jangan Jauh-Jauh, Nanti Nyasar! dan Muslimah yang Diperdebatkan.
Kalis Mardiasih merupakan istri dari Agus Mulyadi, seorang blogger dan penulis buku. Kalis bersama suaminya juga menjalankan sebuah toko buku online.
Baca Juga: Beda Komentar Erina Gudono dan Annisa Pohan usai Nonton Debat Capres Kelima
Kalis merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Ia juga merupakan anggota Sekretariat Nasional Jaringan Nasional Gusdurian. Bahkan, ia pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Surakarta.
Kalis sudah menekuni kegiatan menulis sejak kuliah karena permasalahan ekonomi yang dihadapi keluarganya. Dalam sebuah wawancara, Kalis menatakan bahwa bapaknya membiarkan sang anak kehabisan uang dan selalu menguji ketahanan hidup Kalis.
Kalis populer di media sosial usai lantang mengkritik unggahan-unggahan Felix Siauw, salah satunya mengenai pernikahan dan keluarga.
Seperti diketahui, debat capres terakhir mengusung tema kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.