Suara.com - Sosok Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Terawan Agus Putranto tampak hadir di barisan pendukung Capres nomor urut dua Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming dalam debat di JCC, Senayan, Minggu (4/2/2024). Apakah ini tanda Terawan mendukung Prabowo-Gibran?
"Ya, Pak Terawan mendukung kami," kata Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Nusron Wahid.
Seperti yang terpantau Suara.com di lokasi, sosok Terawan muncul mendampingi Prabowo usai debat. Ia terlihat berdiri di belakang Prabowo saat menyampaikan keterangan pers. Terawan terlihat mengenakan jaket TKN Prabowo-Gibran bernuansa biru. Ini adalah kali pertama Terawan terlihat hadir di kubu Prabowo-Gibran di depan publik. Lalu, siapa Terawan Agus Putranto? Simak yuk biodata dan profilnya berikut ini:
Kehidupan dan Pendidikan Terawan
Baca Juga: Terlihat di Barisan Elite TKN, Eks Menkes Terawan Dukung Prabowo-Gibran?
Terawan Agus Putranto, lahir di Sitisewu, Yogyakarta pada tanggal 5 Agustus 1964, mencatatkan perjalanan hidup dan pendidikan yang mencengangkan. Menikah dengan Ester Dahlia dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Abraham Apriliawan Putranto, Terawan telah melewati berbagai tahap pendidikan di kota kelahirannya.
Terawan menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta pada tahun 1977, dilanjutkan dengan SMP Negeri 2 Yogyakarta pada tahun 1980, dan SMA Bopkri 1 Yogyakarta pada tahun 1983. Pendidikan tingginya diawali dengan program sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 1990. Ia kemudian mengambil S-2 Spesialisasi Radiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 2004, dan menyelesaikan S-3 Doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar pada tahun 2013.
Pengalaman pendidikan militer juga menjadi bagian dari perjalanan Terawan, dengan menempuh pendidikan di Sepamilwa ABRI pada tahun 1990. Saat ini, Terawan diangkat sebagai profesor kehormatan ilmu pertahanan bidang kedokteran militer dari Fakultas Kedokteran Militer Universitas Pertahanan Republik Indonesia sejak tahun 2022.
Riwayat Pekerjaan
Setelah berhasil meraih gelar dokter, Terawan Agus Putranto memilih mengabdikan dirinya di instansi militer Angkatan Darat. Sebagai seorang dokter, ia ditugaskan ke berbagai daerah, termasuk Bali, Lombok, dan Jakarta, menjalankan tugas dengan penuh dedikasi.
Baca Juga: Kaesang Puji Penampilan Prabowo di Debat Kelima Pilpres 2024: Jadi Debat Terbaiknya
Demi memperdalam ilmu kedokterannya, Terawan kemudian memutuskan untuk mengambil program Spesialis Radiologi di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya. Dalam perjalanannya, Terawan menyadari bahwa bidang Radiologi di Indonesia masih memiliki potensi pengembangan yang besar. Terinspirasi oleh tekad untuk memajukan ilmu tersebut, ia fokus pada bidang radiologi intervensi. Keputusan ini membawa Terawan meraih gelar spesialis pada usia 40 tahun.
Pentingnya ilmu yang dimilikinya bagi kesehatan pasien menjadi dorongan utama Terawan. Tujuan utamanya adalah membantu pasien agar proses penyembuhan penyakitnya dapat berlangsung lebih cepat dan efektif. Namun, tidak berhenti di situ, Terawan terus berusaha meningkatkan pelayanan dan pengetahuannya. Ia mengambil langkah lebih jauh dengan menempuh program doktor di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, dan berhasil lulus pada tahun 2013.
Menjabat Menteri Kesehatan
Terawan pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan pada Kabinet Indonesia Maju di bawah pemerintahan Jokowi dan Ma'ruf Amin, dengan masa jabatan dari 23 Oktober 2019 hingga 23 Desember 2020. Sebelumnya, pada tahun 2015, ia adalah seorang dokter militer yang menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto dan Ketua Tim Dokter Kepresidenan.
Namun, pada Selasa (22/12/2020), Terawan resmi melepaskan jabatan Menteri Kesehatan setelah mengalami perombakan kabinet, dan posisinya digantikan oleh Budi Gunadi Sadikin.
Kontroversi Terbaru
Salah satu kontroversi yang melekat pada nama Terawan adalah 'Terawan Theory', sebuah teori yang terkait dengan metode 'cuci otak' pada penderita stroke. Kontroversi muncul karena mencoba menerapkan metode tersebut kepada pasien tanpa dasar penelitian ilmiah yang kuat.
Akibatnya, Terawan dipecat oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan keputusan ini membuatnya tidak dapat lagi menjalankan praktik medis. Profil Terawan yang penuh warna mencerminkan perjalanan hidupnya yang sukses namun diwarnai dengan kontroversi yang mendalam.