Butet Kertaradjasa Mendukung Siapa? Dulu Tangisi Gibran, Kini Dituding Hina Jokowi

Rabu, 31 Januari 2024 | 17:25 WIB
Butet Kertaradjasa Mendukung Siapa? Dulu Tangisi Gibran, Kini Dituding Hina Jokowi
Butet Kertaradjasa Mendukung Siapa? Dulu Tangisi Gibran, Kini Dituding Hina Jokowi [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pesta Pemilu 2024 hampir mendekati pesta puncak tanggal 14 Februari 2024 mendatang. Namun, di balik itu ada Butet Kertaradjasa yang pernah menangis karena Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden paska MK memutuskan batas usia capres cawapres. Kali ini ia juga menjadi sorotan paska dilaporkan ke polisi lantaran sebuah pantun yang disebut-sebut singgung Jokowi. Lantas, sebenarnya Butet Kertaradjasa mendukung siapa dalam kontestasi Pemilu 2024?

Seniman Butet Kertaradjasa pernah mengungkapkan kekecewaannya dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia capres cawapres 2024. Keputusan itu membuka peluang Gibran Rakabuming Raka maju menjadi cawapres mendampingi Prabowo Subianto.

Butet yang dulu mendukung Jokowi dan pernah menyebut anak-anak Jokowi culun karena hanya berjualan martabak dan pisang itu kini menyatakan kecewa. Sekarang, hampir semua anak Jokowi terjun ke politik dan dinilai tengah membangun dinasti politik. 

Butet Kertaredjasa mendukung siapa?

Baca Juga: Kembali Dapat Dukungan di Pilpres 2024, Cosplay Mitsuki Sambut Kedatangan Gibran di Bogor

Dalam kontestasi Pemilu 2024, Butet mendukung pasangan Ganjar-Mahfud. Dalam sebuah orasi di panggung rakyat Ganjar-Mahfud, di Kulonprogo pada Minggu 28 Januari 2024, Butet Kertaredjasa tampil di panggung dengan menyampaikan sebuah pantun. 

Isi lengkap pantun yang dibawakan oleh Butet Kertaradjasa tersebut adalah sebagai berikut:

Ada kucing nggondol iwak bawal

Aku marah tak lempar sandal

Jokowi maunya revolusi mental

Baca Juga: Banteng Melawan! Mahfud MD Resmi Mundur, Risma Mulai Ngga Betah Rapat di Istana Bareng Jokowi

Tapi gagal terjungkal-jungkal

Kucingnya kabur kakinya pincang

Ingin terbang tak bisa melayang

Ngakali survei supaya menang

Pun jika menang karena main curang

Satu satu aku sayang ibu

Dua dua aku sayang ayah

Untunglah jokower merasa ketipu

Penampilannya lugu ternyata licik ngakali mahkamah

Wong edan gondal gandul tanpo cawat

Bagi mereka, tuanku adalah konglomerat

Totkaca tulangnya besi, ototnya kawat

Bagi Ganjar Mahfud, tuanku adalah rakyat

Di sini, ning Kulon Progo, makanan tradisional geblek namanya

Ning Bantul namanya geplak

Seharusnya kita hormati yang memimpin negara

Tapi maaf kita muak karena dia memihak

Di sini keselamatan negara dijaga Megawati

Di sana sembako wira wiri dibagi Jokowi

Padahal sembakonya itu milik kita, duit pajak rakyat, membangun negara, suog

Di sini kita konsisten berdemokrasi

Di sana mereka ramai-ramai mengkhianati konstitusi

Kulon Progo bangga punya bandara, melengkapi Jogja yang istimewa

Kita semua berkumpul di sini diikat tali jiwa, terutama Ganjar Mahfud gelorakan Revolusi Cinta

Pantun di atas disebut-sebut diduga ditujukan kepada Presiden Joko Widodo. Hingga akhirnya, buntut dari pembacaan puisi tersebut, Butet Kertaradjasa dilaporkan ke polisi oleh relawan Jokowi atau Projo DIY, Sedulur Jokowi, dan Jokowi Arus Bawah. Mereka melaporkan Butet ke Polda DIY didampingi oleh Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran, berperan sebagai pendamping hukum. Para relawan ini menilai Butet telah melontarkan ujaran kebencian terhadap Jokowi. 

Para pelapor menyebut Butet melontarkan kalimat kasar yang tidak elok dalam kampanye. Menurut pelapor, kampanye semestinya dilaksanakan secara santun, lebih menonjolkan program-program paslon. 

Meskipun puisi atau pantun tersebut di atas tidak ditanggapi oleh Istana, tetapi pendukung Ganjar-Mahfud MD itu kini harus menghadapi proses hukum karena relawan Jokowi yang bereaksi. Tindakan Butet dilaporkan berdasarkan dugaan Tindak Pidana Penghinaan di Pasal 3165 UU Nomor 1 Tahun1946 tentang KUHP. 

Latar belakang Butet Kartaradjasa 

Budayawan Indonesia yang lahir di Yogyakarta pada 21 November 1961 silam ini sudah lama berkecimpung di dunia politik. Sebelumnya ia aktif sebagai budayawan dan seniman. Akan tetapi, perannya untuk Indonesia meluas dengan sering melontarkan sentilan isu sosial di setiap pentas monolognya. 

Penampilannya yang ikonik ialah ketika ia menirukan suara dan perilaku Preisden Kedua Indonesia, Soeharto dalam sebuah program di Metro TV. Acara bertajuk Republik Mimpi dan Sentilan-Sentilun itu dulu merupakan acara populer dengan kemasan komedi satire. 

Demikian itu informasi Butet Kertaradjasa mendukung siapa. Semoga bermanfaat. 

Kontributor : Mutaya Saroh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI