Suara.com - Pesta Pemilu 2024 hampir mendekati pesta puncak tanggal 14 Februari 2024 mendatang. Namun, di balik itu ada Butet Kertaradjasa yang pernah menangis karena Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden paska MK memutuskan batas usia capres cawapres. Kali ini ia juga menjadi sorotan paska dilaporkan ke polisi lantaran sebuah pantun yang disebut-sebut singgung Jokowi. Lantas, sebenarnya Butet Kertaradjasa mendukung siapa dalam kontestasi Pemilu 2024?
Seniman Butet Kertaradjasa pernah mengungkapkan kekecewaannya dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia capres cawapres 2024. Keputusan itu membuka peluang Gibran Rakabuming Raka maju menjadi cawapres mendampingi Prabowo Subianto.
Butet yang dulu mendukung Jokowi dan pernah menyebut anak-anak Jokowi culun karena hanya berjualan martabak dan pisang itu kini menyatakan kecewa. Sekarang, hampir semua anak Jokowi terjun ke politik dan dinilai tengah membangun dinasti politik.
Butet Kertaredjasa mendukung siapa?
Baca Juga: Kembali Dapat Dukungan di Pilpres 2024, Cosplay Mitsuki Sambut Kedatangan Gibran di Bogor
Dalam kontestasi Pemilu 2024, Butet mendukung pasangan Ganjar-Mahfud. Dalam sebuah orasi di panggung rakyat Ganjar-Mahfud, di Kulonprogo pada Minggu 28 Januari 2024, Butet Kertaredjasa tampil di panggung dengan menyampaikan sebuah pantun.
Isi lengkap pantun yang dibawakan oleh Butet Kertaradjasa tersebut adalah sebagai berikut:
Ada kucing nggondol iwak bawal
Aku marah tak lempar sandal
Jokowi maunya revolusi mental
Baca Juga: Banteng Melawan! Mahfud MD Resmi Mundur, Risma Mulai Ngga Betah Rapat di Istana Bareng Jokowi
Tapi gagal terjungkal-jungkal
Kucingnya kabur kakinya pincang
Ingin terbang tak bisa melayang
Ngakali survei supaya menang
Pun jika menang karena main curang
Satu satu aku sayang ibu
Dua dua aku sayang ayah
Untunglah jokower merasa ketipu
Penampilannya lugu ternyata licik ngakali mahkamah
Wong edan gondal gandul tanpo cawat
Bagi mereka, tuanku adalah konglomerat
Totkaca tulangnya besi, ototnya kawat
Bagi Ganjar Mahfud, tuanku adalah rakyat
Di sini, ning Kulon Progo, makanan tradisional geblek namanya
Ning Bantul namanya geplak
Seharusnya kita hormati yang memimpin negara
Tapi maaf kita muak karena dia memihak
Di sini keselamatan negara dijaga Megawati
Di sana sembako wira wiri dibagi Jokowi
Padahal sembakonya itu milik kita, duit pajak rakyat, membangun negara, suog
Di sini kita konsisten berdemokrasi
Di sana mereka ramai-ramai mengkhianati konstitusi
Kulon Progo bangga punya bandara, melengkapi Jogja yang istimewa
Kita semua berkumpul di sini diikat tali jiwa, terutama Ganjar Mahfud gelorakan Revolusi Cinta
Pantun di atas disebut-sebut diduga ditujukan kepada Presiden Joko Widodo. Hingga akhirnya, buntut dari pembacaan puisi tersebut, Butet Kertaradjasa dilaporkan ke polisi oleh relawan Jokowi atau Projo DIY, Sedulur Jokowi, dan Jokowi Arus Bawah. Mereka melaporkan Butet ke Polda DIY didampingi oleh Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran, berperan sebagai pendamping hukum. Para relawan ini menilai Butet telah melontarkan ujaran kebencian terhadap Jokowi.
Para pelapor menyebut Butet melontarkan kalimat kasar yang tidak elok dalam kampanye. Menurut pelapor, kampanye semestinya dilaksanakan secara santun, lebih menonjolkan program-program paslon.
Meskipun puisi atau pantun tersebut di atas tidak ditanggapi oleh Istana, tetapi pendukung Ganjar-Mahfud MD itu kini harus menghadapi proses hukum karena relawan Jokowi yang bereaksi. Tindakan Butet dilaporkan berdasarkan dugaan Tindak Pidana Penghinaan di Pasal 3165 UU Nomor 1 Tahun1946 tentang KUHP.
Latar belakang Butet Kartaradjasa
Budayawan Indonesia yang lahir di Yogyakarta pada 21 November 1961 silam ini sudah lama berkecimpung di dunia politik. Sebelumnya ia aktif sebagai budayawan dan seniman. Akan tetapi, perannya untuk Indonesia meluas dengan sering melontarkan sentilan isu sosial di setiap pentas monolognya.
Penampilannya yang ikonik ialah ketika ia menirukan suara dan perilaku Preisden Kedua Indonesia, Soeharto dalam sebuah program di Metro TV. Acara bertajuk Republik Mimpi dan Sentilan-Sentilun itu dulu merupakan acara populer dengan kemasan komedi satire.
Demikian itu informasi Butet Kertaradjasa mendukung siapa. Semoga bermanfaat.
Kontributor : Mutaya Saroh