Suara.com - Polresta Sleman kini akhirnya berhasil meringkus dokter gadungan Elwizan Aminudin yang sebelumnya merupakan sosok yang pernah menangani PSS Sleman pada musim kompetisi 2020/2021. Dokter gadungan yang biasa dipanggil dokter Amin itu ditangkap seusai dua tahun menjadi buron.
Manajemen PSS Sleman sebelumnya membuat laporan tertulis kepada Polres Sleman pada tahun 2021. Sesuai sumber yang didapat, diketahui penangkapan Amin dilakukan pihak kepolisian di rumahnya yang berada di Bogor Jawa Barat.
Seperti apa fakta penangkapan dokter gadungan Elwizan Aminuddin?
Berpindah-pindah Lokasi
Sebelum buron, Amin sempat pamit ke manajemen PSS Sleman dengan alasan bahwa saat itu orang tuanya sedang sakit. Saat itu pun ia mengajukan pengunduran diri kepada official tim dengan alasan yang sama. Selang waktu yang tak terlalu lama, kedoknya mulai terungkap, dan manajemen PSS Sleman pun langsung membuat laporan tentang dokter gadungan yang sudah menipu tim selama ini.
Saat buron selama dua tahun ini, Amin kabarnya bersembunyi di sebuah tempat di Pulau Sumatera. Ia melarikan diri setelah mulai terbongkar dari sebuah tweet di jagat maya.
Imbas dari kasus tersebut, PT Putra Sleman Sembada (PSS) mengalami kerugian sebesar hingga Rp245 juta. Kerugian itu dalam bentuk semua gaji dan bonus yang telah diberikan kepada Amin. Akibat perbuatannya tersebut, tersangka dijerat dengan Pasal 263 KUHP ancaman 6 tahun penjara atau Pasal 378 KUHP dengan ancaman hukuman 4 tahun.
Pernah Menjadi Dokter di Timnas Indonesia
Mencuatnya kabar Amin adalah dokter gadungan sempat membuat geger insan pe-sepak bola Indonesia. Pasalnya pria dengan gaya rambut dikuncir ini pernah menangani Timnas Indonesia U-19 dan sejumlah klub seperti Persita, Barito Putera, Bali United, PS Tira, dan Kalteng Putra.
Baca Juga: Profil Elwizan Aminudin, Dokter Gadungan Nyaris Bikin Kiper Timnas Ernando Pensiun Dini
Di balik itu tak hanya sedikit para pemain Timnas Indonesia U-19 kala itu mengeluhkan penanganan Amin sebagai dokter tim pe-sepak bola. Misalnya pada saat itu Ernando Ari, Syahrian Abimanyu, hingga Saddam Emiruddin Gaffar.